Rabu, 23 Maret 2011

Berkenalan dengan Jurnalistik


KEMAJUAN teknologi selama 50 tahun terakhir telah membawa dampak perubahan yang luar biasa terhadap kegiatan jurnalistik di dunia. Koran yang terbit di Paris atau New York, hari ini juga edisi Asianya bisa dibaca di Jakarta seperti halnya kita membaca Kompas. Dua puluh tahun yang lalu, koran Jakarta baru bisa dibaca di Jawa Tengah atau Jawa Timur setelah pukul 12:00 tengah hari. Selain karena faktor teknologi, waktu itu juga ada pembatasan (regulasi) dari Departemen Penerangan. Namun sekarang secara serentak, Kompas dicetak di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, Palembang dan Medan. Hingga koran Jakarta itu bisa dibaca di Lubuk Pakam, Plei Hari atau Maros bersamaan dengan saat orang Menteng membacanya.


Itu semua terjadi karena adanya teknologi komunikasi jarak jauh melalui satelit. Hingga pengiriman halaman dengan huruf dan gambar siap cetak itu bisa dilakukan dalam hitungan detik dari satu tempat ke tempat lainnya.

Jurnalis Indonesia umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik di perguruan tinggi sebab daya tampung jurusan publistik dari Fakultas Komunikasi di perguruan tinggi maupun swasta kita, terlalu kecil dibandingkan dengan kebutuhan tenaga jurnalis di lingkungan media massa saat ini. Sehingga, saat perekrutan calon jurnalis baru, media massa indonesia hanya mensyaratkan lulusan perguruan tinggi, dengan IP tertentu, usia tertentu, dan lain-lain. Perusahaan pers sangat toleran mengenai fakultas atau jurusannya. Tak heran jika sarjana pertanian atau sarjana tekhnik akhirnya berkecimpung di dunia kewartawanan.

Pada bagian pertama buku ini dijelaskan secara singkat perkembangan jurnalistik. Dan juga gambaran tentang dunia jurnalistik itu sendiri. Juga mengenai media massa. Ada berapa macamkah media massa saat ini? Apa media massa yang paling berpengaruh saat ini? Dan mungkinkah jenis media massa lebih kuat akan menggantikan media massa lainnya? Kemudian juga menjelaskan apakah yang dimaksud sebagai wartawan, redaktur, dan penulis lepas? Bagaimanakah caranya agar seorang bisa menjadi wartawan/penulis lepas? Semua jawabannya ada di buku F. Rahardi ini.

Di pertengahan buku ini, penulis memfokuskan pembaca untuk mengenal bentuk tulisan artikel, feature dan esai. Karena umumnya masyarakat luas menganggap semua tulisan di media cetak (koran, majalah, tabloid, buletin, jurnal, dan news letter) sebagai artikel. Sehingga penulis lebih mengarahkan pembaca kepada perbedaan antara artikel, feature dan esai. Juga mengenai cara-cara penulisan ketiganya.

Dalam menulis, haruslah di dalamnya memiliki daya tarik agar tulisan tersebut dibaca orang. Kalau tulisan dalam sebuah media cetak tidak dibaca orang, oplah media cetak tersebut akan kecil dan iklannya juga tidak ada. Akibatnya, kehidupan media tersebut menjadi tidak sehat.

Daya tarik sebuah tulisan berasal dari daya tarik materi (bahan) tulisan tersebut. Bahan tulisan akan menarik apabila menyangkut hal-hal yang: baru, aneh, luar biasa, kontroversial, populer, menyangkut hajat hidup orang banyak, kedekatan, dan lain-lain.

Pada bagian akhir, buku ini membahas tentang pengenalan fotografi. Apa itu foto jurnalistik. Apa-apa saja perangkat fotografi serta sejarah ringkas mengenai perekam dan penyimpanan data digital. Juga membahas teknik memotret. Kemudian buku ini juga memperkenalkan media cetak, rubrikasi yang ada pada suatu media cetak, dan cara mengirim sebuah tulisan ke media cetak.

Mungkin buku ini terlalu ringkas dalam membahas sebuah permasalahan. Misalnya dalam memperkenalkan bentuk tulisan artikel, feature, dan esai, penulis tidak menjelaskan teknik penulisannya secara detil, sehingga bagi pemula masih sulit untuk mempraktikkan penulisannya. Penulis juga tidak menyinggung tentang teknik-teknik meresensi sebuah buku yang bisa dijadikan contoh bagi pemula. Selebihnya buku ini sangat bagus dan cocok untuk jurnalis/penulis muda. Selain bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, penulis juga membuat pertanyaan-pertanyaan pada bagian-bagian sub judul yang ingin dibahas, sehingga pembaca lebih mudah memahaminya. Buku ini dapat dijadikan panduan dasar, karena isinya mencakup semua pembahasan yang berkenaan dengan jurnalistik. Dan juga disertai dengan aneka contoh tulisan.[]

Judul buku: Panduan Lengkap Menulis Artikel, Feature, dan Esai

Penulis: F. Rahardi

Tebal: 154 halaman

Penerbit: PT. Kawan Pustaka

Tahun terbit: 2006

Oleh Hidayatullah; mahasiswa prodi Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry

Dimuat di ACEHJURNAL.com rubrik resensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar