Kamis, 17 Maret 2011

Wartawati ini Tiba-tiba Masuk Islam

“Barangsiapa ingin melihat fajar, harus bersedia menjalani malam”. Begitulah sebuah kata mutiara dari Kahlil Gibran yang ditulis di lembar pertama buku ini.

Perjalanan hidup seseorang dengan orang lainnya tentulah berbeda-beda. Semuanya tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Namun, apabila kita mau sedikit berendah hati, tentu banyak hal yang dapat kita ambil hikmahnya dari pengalaman hidup seseorang, seperti kisah kenyataan hidup Yvonne Ridley, seorang wartawati feminis asal Inggris.

Mulanya buku ini menceritakan latar belakang seorang Yvonne Ridley, Daoud Zaarourra, yaitu sang kekasihnya dan Daisy, sang buah hati Yvonne. Lalu ke tragedi peledakan menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 di Washington DC. Sejak itu wajah dunia tak akan pernah sama lagi. Peruncingan hubungan antara Barat dan islam menjadi makin tajam. Yvonne lalu mencoba menghubungi atasannya, yakni editor berita Jim Murray dan editor Martin Townsend. Tak lama Jim Murray masuk ke ruangan wartawan tempat Yvonne dan teman-temannya berkumpul menyaksikan tayangan televisi, diikuti oleh Martin Townsend. Mereka membicarakan peristiwa menggemparkan itu dan membuat penugasan.



Mula-mula Yvonne hendak dikirim ke New York untuk meliput suasana setelah terjadinya serangan itu. Namun, ternyata untuk sementara waktu semua penerbangan ke Amerika Serikat ditutup. Baru tiga hari kemudian Yvonne berhasil mendapatkan tiket ke New York.

Akan tetapi, saat Yvonne sudah berada di bandara London dan tengah menunggu keberangkatan pesawat ke New York, editornya, Jim Murray menelepon dan mengatakan agar keberangkatannya ke New York dibatalkan. Alih-alih, dia malah meminta Yvonne berangkat ke Islamabad, Pakistan. Menurut Jim, perkembangan situasi justru membuat Yvonne lebih diperlukan untuk meliput situasi di Pakistan dan Afganistan berkaitan dengan rencana serangan balik Amerika Serikat terhadap rezim Taliban di Afganistan yang dianggap sebagai markas persembunyian kelompok Al-Qaida dan pemimpinnya, Usamah bin Ladin, yang dituduh sebagai dalang serangan 11 September.

Pada bagian tengah buku ini menceritakan kisah Yvonne saat berada di Pakistan dan Afganistan. Dari Pakistan, Yvonne meminta bantuan Pasha -salah satu kenalannya di Pakistan, kemudian menjadi sahabat- agar dia bisa masuk ke Afganistan. Dia merencanakan melintasi perbatasan untuk menyusup ke negeri yang tengah bergejolak itu. Akhirnya ditemukan cara untuk menyelundupkan Yvonne ke Afganistan, yakni dengan menyamar sebagai perempuan setempat. Untuk itu, Yvonne harus bersedia memakai burka.

Malam itu, Yvonne tak nyenyak tidur. Dia gelisah. Menurut rencana, Yvonne akan melakukan perjalanan dengan diantar oleh pemandunya dengan menyamar melalui rute tradisional melintasi Pegunungan Hindu Kush dengan mobil untuk menghindari perbatasan Pak. Dari sana mereka akan berjalan kaki sejauh 10 kilometer dan kemudian naik kuda ke luar kota Jalalabad tempat basis kelompok Usamah bin Ladin berada.

Penyamaran sang wartawati ini akhirnya terbongkar saat ia kembali dari desa Kama, Afganistan menuju Pakistan. Tepatnya di perbatasan, ia naik ke atas seekor keledai, dan binatang ini melompat. Yvonne berteriak kaget dan berusaha meraih tali kekangnya, dan menyebabkan kameranya terlihat oleh tentara Taliban bersenjata, lalu ia berteriak marah ke arahnya. Tentara itu menyita kamera Yvonne dan menahannya.

Perjalanan Yvonne Ridley menuju iman diceritakan pada bagian akhir buku ini. Setelah ditahan selama sepuluh hari oleh penguasa Taliban, akhirnya Yvonne dibebaskan. Peristiwa penangkapan, penyekapan, dan pembebasannya amat membekas di hati Yvonne. Yvonne yang merasa diperlakukan dengan baik dan terhormat oleh para petugas penjara selama dalam tahanan bersimpati terhadap Taliban dan tertarik untuk mempelajari Islam. Kemudian setelah kembali ke Inggris, Yvonne mulai mempelajari Al-Quran dan mencoba untuk lebih memahami pengalamannya bersama Taliban.

Dua tahun kemudian, ibu seorang putri ini yang sebelumnya menganut hidup bebas ini menyatakan dirinya masuk islam. Dia berhenti merokok dan minum alkohol, serta meninggalkan kehidupan malam yang semula akrab digaulinya. Kini, dia mengenakan busana muslimah dalam kesehariannya dan dikenal luas sebagai seorang kolumnis yang vokal dalam membela islam dari serangan Barat, selain sebagai aktifis perdamaian.

Sayangnya, buku ini tak mengungkap sisi kehidupan Yvonne setelah menjadi seorang muslim dan pribadi yang lebih toleran terhadap orang lain. Aktivitas Yvonne setelah menjadi muslim, di dalam buku ini hanya menceritakan tentang membela islam dan menyerang pandangan-pandangan Barat yang negatif terhadap islam. Sedangkan sisi kehidupannya yang dikatakan menjadi toleran terhadap orang lain tak terungkap dalam buku ini.

Selebihnya, buku ini sudah begitu sempurna dan cocok dibaca oleh berbagai kalangan tanpa membedakan agama, umur, maupun kedudukannya. Banyak pengalaman menarik yang dapat kita jadikan contoh dan panutan, sehingga lebih semangat seperti jalan hidupnya Yvonne Ridley. Buku ini mengungkap ziarah batin Yvonne sebagai seorang anak manusia dengan menjalani hidup penuh liku dalam menemukan cahaya kebenaran. Buku ini dapat dijadikan sebagai cermin bagi kita semua, yakinlah bahwa pintu-pintu kebaikan bisa terkuak dari celah yang tak pernah kita duga.

Judul buku: Dari Penjara Taliban Menuju Iman

Pengarang: Anton Kurnia

Penerbit: PT. Mizan Pustaka

Tahun terbit: 2007

Tebal: 192 halaman

Oleh Hidayatullah; mahasiswa prodi Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry

Dimuat di acehjurnal.com pada rubrik resensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar