Sabtu, 12 Oktober 2013

Idul Adha di Mata Anak Rantau



IDUL ADHA, SELAMAT HARI RAYA, WALLPAPER LEBARAN
“Hari ini kita nggak kuliah, kawan-kawan udah pulang kampung semua,” seorang kawan unitku mengirim pesan singkat untukku. Saya maklum saja, tiga hari lagi akan lebaran Idul adha, mereka semua berniat salat Ied bersama orang tuanya.
Memang saya sendiri merasakan, betapa sedihnya jika salat Ied di kampung orang. Tak ada tempat yang bisa kita kunjungi di hari yang spesial itu. Walaupun raut wajah kelihatan gembira, namun di hati tetap ada rasa rindu tuk mencium tangan ibu dan ayah.

Pepatah Aceh mengatakan, “Hana guna gule sie saboh beulangong, meunyoe aneuk inong hana sajan ma (tak ada guna gulai daging satu kuali, jika anak perempuannya tak bersama ibunya).” Begitulah mulia hari raya buat orang Aceh, tak akan sempurna jika salah satu anggota keluarganya tidak berkumpul. Di hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha, berkumpul anggota keluarga sudah menjadi tradisi dalam masyarakat kita. Karena di hari itulah orang muslim saling menghalalkan, saling bermaaf-maafan, sehingga dalam masyarakat kita menyebutnya hari halal-bihalal, walaupun dalam kaidah bahasa Arab kata tersebut tidak kita jumpai. Mungkin masyarakat kita terlalu semarak untuk menyambut hari yang istimewa ini, sehingga bahasa Arab pun diplesetkan. Hehe
Kawan-kawan saya mungkin juga sependapat, mereka pulang lebih awal ke kampung halaman untuk mencicipi leumang atau gule sie masakan ibunya. Karena banyak orang yang bilang, kalau di hari meugang itu, gule sie yang paling enak adalah gulai masakan ibu. Saya sendiri juga berpendapat seperti itu. Rasanya, kalau sudah berkumpul dengan orang tua di hari kemenangan ini, tak ada makanan istimewa pun juga tak apa-apa. Tapi rasa kebersamaan itu yang hana teupat blo (tidak dijual). Hal ini sama juga seperti orang yang memancing, bukan ikan yang didapatnya yang menjadi nilai, tapi rasa kepuasan ketika pancingnya ditarik ikan itulah yang tidak dijual di pasar.
Inilah keistimewaan hari lebaran bagi diriku dan kawan-kawan perantau yang senasib denganku. Ketika lebaran datang, besar harapan tuk bisa pulang kampung, besar keinginan tuk menyantap gule si mak tagun. Tapi bagaimana dengan kawan-kawan yang tak punya kampung? Mau kemana lebaran ini? Hehe…

3 komentar:

  1. Lon hana woe kalinyoe, dron nyo hana woe syit jak bak lon manteung pajoh sie meugang. Hehe

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus