Kamis, 17 Maret 2011

Usaha

Di sebuah daerah di sudut kota, ada seorang pemuda pincang yang tinggal di kolong jembatan. Setiap pagi, pemuda ini pergi mencari isi perut. Ia mengemis pada orang-orang di sekitarnya. Walaupun ada yang memberi dan ada juga yang menolaknya, namun ia tetap berusaha demi nafkah hidupnya.

Suatu hari, seperti biasa pemuda ini menjalankan profesinya sebagai pengemis. Tapi hingga siang hari, tak ada sekeping koin pun yang ia dapatkan. Pemuda ini tidak putus asa, ia terus berusaha. Lalu, si pemuda pergi ke sebuah rumah orang kaya yang dermawan. Kemudian ia meminta-minta di rumah itu.

Sang dermawan selaku pemilik rumah ini mengatakan padanya, "Saya akan memberikan sesuatu untukmu wahai pemuda. Tapi sebelumnya engkau harus memindahkan dulu batu-batu  yang di belakang rumah, dan bawa ke depan!"



Pemuda ini setuju dengan syarat yang diberikan oleh sang dermawan. Kemudian mulailah pemuda ini dengan kaki pincangnya memindahkan batu-batu tersebut sampai selesai. Kemudian, sang dermawan memberi sepiring makanan untuk si pengemis ini, dan ia juga memberi uang dua puluh ribu untuknya. Lalu pemuda ini pulang.

Keesokan harinya, si pemuda datang lagi mengemis ke rumah dermawan ini. Seperti kemarin, si dermawan juga memberi syarat untuknya. "Sebelumnya, engkau harus memindahkan dulu kebelakang batu-batu yang di depan itu!" Kemudian pemuda ini memindahkan kembali ke tempat semula batu-batu yang ia pindahkan kemarin. Setelah pekerjaan ini selesai dilakukan, maka sang dermawan memberinya sepiring makanan dan uang dua puluh ribu. Kemudian si pemuda pulang.

Keesokan harinya lagi, si pemuda tak nampak lagi mengemis ke rumah dermawan itu. Hari selanjutnya, ia juga tidak datang. Berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan, sang pemuda tidak pernah muncul lagi ke rumah dermawan itu.

Namun dua tahun kemudian, pemuda ini datang lagi ke rumah sang dermawan. Ia mengucap salam dan masuk ke dalam. Kali ini kedatangan pemuda ini sangat jauh berbeda, ia hadir bukan lagi untuk mengemis. Ia datang dengan Honda Jazz, memakai jas, dan didampingi oleh dua orang asistennya. "Ini ada cek dari saya, silahkan engkau tulis berapapun yang engkau suka. Seratus juta, dua ratus juta, satu miliar, dua miliar, atau seberapapun kata hatimu." Pemuda ini menawarkan dengan sombong.
Sang dermawan tersenyum melihat kesombongan pemuda ini. Ia berkata, "Terima kasih wahai sahabat, tapi saya tidak bisa menerima tawaranmu, lebih baik engkau sumbangkan kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya."

"Saya ingin membalas jasamu dulu yang telah membantu saya," kata pemuda.
Sang dermawan ini terharu melihat pemuda ini dan berkata kepadanya, "Dulu, saya menyuruhmu mengangkat batu dan memberi upah setelahnya, agar engkau terbiasa dalam berusaha. Karena saya yakin bahwa segala sesuatu pasti berubah. Maka, jadilah engkau orang yang selalu memberi, janganlah menjadi peminta-minta."

Telah dimuat di Harian Aceh edisi Minggu, 26 Desember 2010 di Rubrik Cang Panah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar