Teungku Dicantek Baet, namanya tentu tak familiar seperti ulama lainnya di Nanggroe Aceh.
Namanya hanya dikenal dari sebuah plang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Besar yang terpampang di pinggir jalan Laksamana Malahayati, Baet, Aceh Besar.
Di sanalah letak makam beliau. Tak banyak tulisan sejarah yang mencatat tentang kiprah sang teungku semasa hidupnya. Warga setempat pun jarang yang mengetahui secara detail jejak perjuangan beliau.
Sekilas, menurut warga setempat beliau adalah seorang ulama yang pernah tinggal di Desa Baet, Kecamatan Baitusalam, Aceh Besar. Kiprah beliau begitu besar dalam penyebaran islam di kawasan tersebut.
Sekarang hanya makamnya yang menjadi saksi perjuangan beliau. Terletak di bawah rimbunan pohon trambesi ukuran berdiameter 50 cm dengan pugaran batubata yang telah runtuh. Sisi selatan makam berjarak sekitar 1,5 meter dari bahu jalan raya.
Keadaan pusara Tgk Dicantek yang makin memprihatinkan |
Dari arah Kota Banda Aceh, makam sang teungku berada di sisi kiri jalan. Sekitar 1 km dari jembatan Krung Cut, tepat di samping penjual air tebu. Di depan kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Banda Aceh.
Sayangnya, makam tersebut tak terurus layaknya suatu makam bersejarah. Hanya ada dua plang yang menjelaskan yang punya makam dan undang-undang untuk melestarikan situs purbakala serta ancaman pidana bagi yang merusaknya.
Menurut warga setempat yang singgah di tempat jualan air tebu, makam sang teungku memang kurang perhatian dari dinas terkait. Seharusnya, situs tersebut dirawat dan dijaga agar menjadi bukti sejarah bagi anak cucu kedepannya.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar