Sorak riuh gerombolan monyet terdengar jelas diantara
rerimbunan tanaman pinus. Silih berganti sorakan penghuni hutan tersebut
memecah kesunyian hutan. Seakan mereka menyampaikan suatu pesan kepada para
pengunjung yang menginjakkan kaki di Taman Hutan Raya (Tahura) Pocut Meurah
Intan Seulawah.
Pertamanya saya sempat berdiri bulu kuduk. Suaranya berbeda dengan monyet-monyet yang pernah saya temui pinggir jalan Geurute sana. Untung saat itu saya bersama istri, terus memberanikan diri untuk menjelajah spot-spot menarik dalam Tahura ini.
Pertamanya saya sempat berdiri bulu kuduk. Suaranya berbeda dengan monyet-monyet yang pernah saya temui pinggir jalan Geurute sana. Untung saat itu saya bersama istri, terus memberanikan diri untuk menjelajah spot-spot menarik dalam Tahura ini.
Langkah pertama kami langsung menuju ke rumah pohon yang
berada di belakang bangunan kantor. Rumah pohon tersebut dibuat di atas pohon
sala (pinus) dengan ketinggian 5 meter dari permukaan tanah. Melalui tangga
sebelah kanan, kami menaiki rumah segi enam ini.
Rumah dibuat pada dua pohon pinus yang berbeda. Untuk menghubung keduanya, dibuat jembatan ukuran 1 meter dengan kontruksi kayu. Sekeliling bangunan dibuat pagar pelindung setinggi pinggang orang dewasa.
Rumah dibuat pada dua pohon pinus yang berbeda. Untuk menghubung keduanya, dibuat jembatan ukuran 1 meter dengan kontruksi kayu. Sekeliling bangunan dibuat pagar pelindung setinggi pinggang orang dewasa.
Di bangunan pertama, rumah dilengkapi dengan atap dan kursi santai. Sementara di bangunan kedua dibiarkan terbuka dengan lantai papan.
Pada hati-hari tertentu, dari atas rumah ini pengunjung bisa menguji keberanian dengan berjalan di atas jembatan tali. Dua tali putih ukuran dua jari diikat antara dua pohon dengan jarak sekitar 50 meter. Di atas pohon yang terhubung tali tersebut juga dibuat rumah persegi enam tanpa atap.
Kemudian tali tersebut terus dihubungkan dengan pohon yang lainnya.
Namun keberuntungan tidak bersama kami. Jembatan tali tidak dibuka, karena tidak ada petugas yang memandu. Mungkin karena kami datang pada hari minggu, saat pegawainya libur.
Dari atas rumah pohon ini kami menikmati keasrian alam di Tahura Seulawah. Kesejukan seakan datang menyelimuti kami. Angin sepoi-sepoi bertiup membawa kedamaian. Seluruh jenis tumbuhan bisa kami lihat dari kursi santai bangunan ini.
Menatap ke arah timur, pohon pinus sebesar drum tumbuh berbanjar menjulang ke langit, begitu juga di arah selatan dan utara. Sesekali bergerak seirama menerima hembusan angin pengunungan. Sempat terbayangkan, seandainya seluruh wilayah Tahura ini masih terjaga, sungguh kelangsungan hidup flora dan fauna dapat diwariskan untuk anak cucu.
Setelah puas menikmati kesejukan udara dari atas rumah pohon, kami sepakat turun dan mencari spot menarik lainnya dalam kawasan Tahura Pocut Meurah Intan ini.
Sambil melangkah kaki, kami sempatkan diri untuk mengabadikan beberapa spesies tumbuhan yang ada. Beberapa tumbuhan langka, bisa kami kenali di taman ini. Semua jenis tanaman yang ada, sudah ditulis nama di selembar seng. Nama tumbuhan ditulis dalam Bahasa Aceh, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Latin.
Salah satu papan nama pohon |
Kursi tempat istirahat pengunjung |
Jalan lintasan untuk mengelilingi Tahura PMI |
Melangkah ke sisi barat taman, kami menjumpai aneka bunga indah. Paduan
warna-warni memanjakan mata para pengunjung. Beberapa jenis bunga memancarkan
aroma semerbak seakan tak rela untuk kami tinggali.
Setelah puas mengabadikan setiap jenis bunga indah, mata saya tertuju pada sarang laba-laba. Rajutan sarang spider ini menghiasi pelepah dan ranting pohon.
Setelah puas mengabadikan setiap jenis bunga indah, mata saya tertuju pada sarang laba-laba. Rajutan sarang spider ini menghiasi pelepah dan ranting pohon.
Salah satu jenis laba-laba yang ada di Tahura Seulawah |
Baca Juga : Melihat Spider di Tahura Pocut Meurah Intan
Emm... Setelah hampir satu jam mengelilingi Tahura, kami pun sepakat meneruskan perjalanan menuju Banda Aceh.[]
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus