Senin, 25 April 2011

Basyah dan Pohon Apel


Foto Google

Pada zaman dahulu ada sebatang pohon apel yang sangat besar. Seorang anak laki-laki bernama Basyah sangat senang bermain dengannya. Tiap hari Basyah datang ke pohon tersebut. Ia makan buah apel, naik ke atas pohon dan bahkan ia tertidur dalam keteduhannya. Basyah sangat mencintai pohon apel dan begitu juga sebaliknya, pohon itu sangat senang bermain dengannya. Hari terus berlalu, anak laki-laki itu telah menjadi besar. Ia telah jarang bermain dengan pohon apel itu.

Suatu hari, Basyah datang menemui pohon itu dengan wajah yang sedih. "Kemarilah, ayo bermain denganku," kata pohon apel kepadanya. "Aku bukan lagi anak-anak, aku tidak mau lagi bermain dengan pohon," jawab Basyah.
"Aku menginginkan mainan, dan aku perlu uang untuk membelinya," tambahnya.

"Tapi aku tak punya uang, kamu dapat memetik semua apel yang ada padaku dan menjual semuanya. Maka kamu akan mendapatkan uang." Kata pohon apel.


Basyah sangat senang. Ia memetik semua apel yang ada pada pohon dan meninggalkan pohon dalam keadaan bahagia. Anak laki-laki itu tak pernah kembali lagi setelah semua apel dipetiknya, dan si pohon apel merasa sedih.

Suatu hari Basyah yang sekarang telah menjadi dewasa kembali lagi kepada pohon apel, dan pohon apel itu merasa sangat bahagia. "Kemarilah, ayo bermain denganku," kata pohon apel.

"Aku tak punya waktu lagi untuk bermain denganmu. Sekarang aku telah dewasa dan harus bekerja untuk memenuhi nafkah keluargaku. Aku membutuhkan rumah, dapatkah engkau menolongku?" Pinta Basyah dengan penuh pengharapan.

"Maaf, aku tidak mempunyai rumah. Tapi kamu dapat memotong semua cabangku dan kemudian kamu dapat membangun rumah," jawab pohon apel.

Maka Basyah pun memotong semua cabang pohon tersebut dan meninggalkannya dengan perasaan bahagia. Pohon apel sangat senang melihat Basyah bahagia. Tetapi setelah itu, Basyah tak pernah lagi menemui pohon itu. Dan si pohon pun kembali bersedih dan merasa kesepian.

Suatu hari di musim panas, laki-laki itu kembali lagi dan pohon apel merasa senang karena telah hilang kesepian. "Kemarilah, ayo bermain denganku," kata pohon apel. "Sekarang aku sudah tua. Aku ingin berlayar untuk menghibur diriku. Dapatkah engkau memberiku perahu?" Tanya Basyah.

"Gunakanlah batangku untuk membuat perahu. Dan dengannya engkau dapat berlayar kemanapun engkau suka," kata si pohon. Kemudian laki-laki itu menebang batang pohon untuk membuat perahu. Ia tak pernah kembali beberapa lama setelah berlayar.

Akhirnya, Basyah kembali lagi beberapa tahun kemudian. "Maaf anakku, aku sudah tidak dapat memberi apa-apa untukmu, tidak ada lagi apel yang dapat kuberikan," kata pohon apel. "Tidak mengapa, aku sudah tak punya gigi lagi untuk mengunyah apel. Sekarang aku sudah tua." Jawab Basyah.

"Aku sudah tak memiliki batang yang dapat kau panjat. Sungguh diriku tak dapat memberi apapun lagi untukmu, yang masih tersisa padaku hanya akar yang telah mati." Kata pohon apel dengan berlinangan air mata. "Aku sudah tak membutuhkan apa-apa lagi. Aku telah capek setelah berpuluh tahun menjalani kehidupan, aku hanya membutuhkan tempat istirahat sebentar," Basyah menjawab.

"Istirahatlah bersamaku disini, akar pohon tua adalah sangat baik untuk tempat beristirahat." Laki-laki itu duduk dan beristirahat di akar pohon tua itu. Pohon apel merasa bahagia dan tersenyum dengan linangan air mata.

Ini adalah kisah untuk semua orang. Pohon apel itulah tamsilan ayah dan ibu kita dan Basyah adalah kita. Ketika masih kecil, kita begitu senang bermain dengan orang tua. Begitu dewasa kita semakin jauh dan terus menjauh. Kita hanya datang kepada mereka jika ada keperluan atau jika dalam kesulitan. Namun, apapun yang terjadi, orang tua selalu memberi apapun yang dapat ia berikan asalkan kita bahagia.[]

(Dikutip dari kisah-kisah dahulu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar