Minggu, 26 Januari 2014

Bukti Keadilan Sultan Iskandar Muda

makam, meurah pupok, iskandar muda
Makam Meurah Pupok
“Mate Aneuk meupat jirat, Gadoh adat pat tamita,” begitulah sebuah ungkapan Sultan Iskandar Muda saat menghukum putra mahkotanya ketika dituduh berbuat salah. Ungkapan tersebut sekarang diabadikan pada sebuah pamplet di samping makam Meurah Pupok dalam komplek Kerkhof Peucut, Banda Aceh.
Tiga makam dengan nisan kerajaan dipugar dalam lingkaran pagar besi berwarna hitam. Di sebuah bukit di antara 2.200 kuburan prajurit Belanda. Jalan trotoar di sisi utara dan selatan makam, mengantarkan pengunjung ke komplek makam. Lambang Pintoe Aceh berwarna kuning keemasan menghiasi setiap ruas pagar. Sebatang pohon kupula memayungi ketiga makam tersebut. Suasana terasa adem saat memasuki ke dalam kompek makam. Kain putih mengelilingi di kedua batu nisan makam Meurah Pupok.
Sejarah mencatat, Sultan Iskandar Muda benar-benar bersikap adil saat memimpin kerajaan Aceh Darussalam. Ia tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Siapa pun yang bersalah, harus tetap dihukum dengan seadil-adilnya, termasuk keluarga istana sendiri.
Meurah Pupok atau yang lebih dikeunal dengan Poteu Tjut atau Peucut, dihukum pancung oleh Sultan setelah mendapat laporan dari seorang Perwira kepercayaannya bahwa Meurah Pupok telah berzina dengan Perwira tersebut. Sementara istrinya telah ia bunuh sendiri, sedangkan Sultan Muda – sebutan untuk Meurah Pupok – dimintai keadilan dari raja.
Menurut sejarah, Sultan Iskandar Muda menghukum sendiri putra mahkotanya dengan hukuman pancung. Kemudian atas titahnya, makam Meurah Pupok pun diasingkan dari komplek pemakaman kerajaan.
Namun pada masa Ratu Syafiatuddin memimpin, kebenaran terungkap. Ternyata abangnya, Meurah Pupok difitnah. Meurah Pupok terjebak oleh suatu konspirasi yang sengaja dibuat untuk menyingkirkan Putra Mahkota dari kerajaan Aceh Darussalam. Kemudian oleh Ratu Syafiatuddin, nama baik abangnya mulai dipulihkan. Ratu juga melakukan pemugaran terhadap makam Meurah Pupok dan diperlakukan dengan baik selayaknya keluarga istana.
Sekarang makam Meurah Pupok menjadi saksi sejarah keadilan Sultan Iskandar Muda dalam memimpin Aceh Darussalam.
Namun sayang, ketika saya berkunjung pada Jumat (10/01/14), komplek makam Meurah Pupok nampak kurang terawat. Banyak sampah dedaunan yang bertumpuk di setiap sudut makam. Rumput setinggi lutut menghiasi komplek berukuran 5x5 meter itu.

Ketika Tsunami melanda Aceh pada 26 Desember 2004, komplek Kerkhof Peucut juga mengalami kerusakan. Menurut data yang tercatat di sebuah pamplet dekat pintu masuk, ada 50 palang salip penanda kuburan prajurit yang hilang.[]

3 komentar:

  1. semoga aja yang seperti ini lebih diperhatikan daripada tempat wisata yang megah .

    koment balik juga ya ? http://musikanegri.blogspot.com

    BalasHapus
  2. yaya...
    sebenarnya sejarah itu memang patut dihormati...:D

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus