Jumat, 21 Januari 2011

Lapar


PADA  pagi yang cerah, seekor rubah (binatang sejenis anjing yang biasanya main di air) keluar dari tempat kediamannya untuk mencari makanan. Ia berjalan mengelilingi sepanjang jalan di desa. Lalu ia melihat sebuah kebun anggur yang lebat buahnya. Ia berniat masuk ke dalam kebun itu. Tapi bagaimana caranya, sebab kebun itu dikelilingi dengan pagar tembok. Si Rubah berusaha memanjatnya, tapi hasilnya sia-sia, karena tembok ini terlalu tinggi.

Lalu si Rubah berjalan mengelilingi tembok itu, sehingga pada salah satu bagian pagar ia menemukan sebuah lubang. "Nah, inilah jalan masuknya," pikir si Rubah. Ia mencoba masuk melalui lubang itu, tetapi ia tidak langsung dapat masuk, karena badannya terlalu gemuk.


Si Rubah terus berpikir, bagaimana agar bisa masuk melalui lubang itu. Setelah lama berpikir, akhirnya ia menemukan sebuah ide. "Saya harus lebih kurus," katanya. Maka sehari penuh si Rubah tidak makan sedikitpun dan kemudian ia mencoba masuk lagi, tapi masih juga ia kebesaran dari lubang itu.

Hari selanjutnya, si Rubah juga tidak makan apa-apa, ia berpuasa.  Kemudian ia mencoba lagi masuk, tapi juga belum berhasil, karena badannya belum cukup kurus. Pada hari terakhir ia juga tidak makan apa-apa. Ia mencoba masuk lagi melalui lubang itu dan akhirnya si Rubah dapat masuk ke dalam kebun anggur.

Sesampainya di dalam, si Rubah sudah begitu lapar karena telah tiga hari penuh ia berpuasa. Tanpa berpikir panjang ia langsung menyantap buah-buah anggur yang manis itu sebanyak-banyaknya. Ia sampai tidak kuat lagi, karena sudah begitu kenyang. Kemudian si Rubah kembali ke lubang itu dan mencoba untuk keluar dari kebun. Tapi ya ampun! Ia tidak dapat keluar lagi. Badan menjadi gemuk lagi, bahkan sekarang ia terlalu gemuk.

Alangkah malang nasib si Rubah. Sekarang hanya ada satu pilihan baginya. Ia tinggal di dalam kebun anggur yang dikelilingi dengan pohon-pohon anggur yang buahnya manis-manis, indah, lezat, ataukah ia harus lapar selama tiga hari penuh agar ia dapat keluar dari lubang itu. Akhirnya ia memilih untuk berpuasa. Ketika ia pergi meninggalkan kebun anggur itu, ia memandang ke belakang, ke arah kebun anggur dan berkata, "Oh kebun anggur, alangkah baiknya engkau ini, alangkah manisnya buah-buahmu! Tetapi untuk apa engkau berada? Saya masuk dengan perut lapar dan kini keluar juga harus perut lapar."

Telah dimuat di Harian Aceh edisi Selasa, 21 Desember 2010 di Rubrik Cang Panah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar