Kamis, 20 Januari 2011

Petunjuk dari Kairo

Alkisah, ada seorang petani miskin tinggal di sebuah desa yang jauh dari kota. Dia tinggal di sebuah gubuk reyot di belakang masjid. Setiap hari ia bekerja banting tulang demi memenuhi nafkah hidupnya. Pada suatu malam ia bermimpi, bahwa ia akan kaya bila pergi ke Kairo, Mesir. Di sana ia akan mendapatkan harta karun yang banyak sehingga menjadi kaya raya. Saat terbangun di paginya, ia terus berfikir akan kebenaran mimpinya. Ia mempertimbangkan dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke kota Kairo.

Keesokan harinya, ia melakukan perjalanan menuju Kairo. Berhari-hari ia harus berjalan kaki, bahkan sekali-kali ia meminta tumpangan pada bus-bus yang lewat. Sampai ke pelabuhan, ia menumpangi sebuah kapal yang hendak berlayar ke Kairo. Tak jarang ia bertanya kepada orang-orang yang dijumpainya, dimana kota Kairo yang ada di mimpinya itu.

Setelah beberapa hari dalam perjalanan, akhirnya sampai juga di kota tujuannya. Karena sudah malam, laki-laki ini sempat linglung, tidak tahu hendak pergi kemana. Akhirnya ia pergi ke sebuah masjid, dia shalat dua rakaat dan beristirahat di dalamnya.


Tiba-tiba di tengah malam yang gelap gulita, orang-orang di kota Kairo dihebohkan oleh seorang maling. Warga beramai-ramai mengejar maling tersebut. Maling ini lari lewat samping masjid, dan orang-orang pun mengejarnya ke sana. Saat melintasi dekat masjid, mereka melihat ada seorang manusia yang sedang tidur di dalamnya, yaitu laki-laki kampung tadi.

Sungguh malang nasibnya, tanpa bertanya panjang lebar, mereka langsung memvonis bahwa laki-laki itu adalah maling yang mereka cari-cari tadi. Mereka langsung mengeroyok dan memukul laki-laki itu hingga babak belur. Akhirnya ia dibawa ke sebuah pengadilan kota Kairo untuk dimintai keterangan. Di sana ia dipaksa mengaku bahwa ia benar-benar maling yang mereka cari-cari. Tapi laki-laki ini tetap pada pendiriannya, karena ia yakin bahwa dirinya bukanlah seorang pencuri, melainkan hanya seorang petani miskin yang datang dari jauh dan ingin mengubah nasib menjadi kaya.

Seorang jaksa agung merasa kasihan pada laki-laki ini. Ia bertanya, "Sebenarnya apa tujuanmu datang ke kota Kairo ini?"
Laki-laki ini menjawab, "Begini Pak, suatu malam saya bermimpi bahwa di kota Kairo ini saya akan menjadi kaya. Di dalam mimpi, saya melihat bahwa ada segudang harta karun di kota ini. Makanya saya kemari."
"O begitu ceritanya... Saya juga pernah bermimpi sepertimu, bahkan mimpi saya berulang-rulang sampai tiga kali. Dalam mimpi, saya diberitahukan bahwa di sebuah kampung yang jauh dari kota, ada sebuah masjid. Di belakang masjid ada sebuah gubuk reyot milik seorang petani miskin. Di belakang gubuk itu ada sebuah sumur tua, dan saya melihat ada ratusan bahkan ribuan keping dinar dan dirham.  Tapi saya juga tidak yakin dengan mimpi saya ini," cerita  sang jaksa.

Setelah mendengar cerita jaksa itu, ia sangat kaget. Ia terus terbayang bahwa kampung yang dimaksud dalam mimpi jaksa itu adalah kampungnya, dan gubuk reyot di belakang mesjid itu adalah miliknya. Petani miskin itu adalah dirinya, dan sumur tua itu adalah sumur yang ada di belakang gubuknya.

Akhirnya, laki-laki itu langsung pulang ke kampung halamannya. Sesampai di kampung, ia langsung mandi di sumur tua di belakang rumahnya. Setiap timba yang ia angkat, ternyata di dalamnya semua dinar dan dirham. Alangkah terkejut dirinya, gubuk miliknya tidak mampu lagi menampung dinar dan dirham di dalam sumur itu. Ternyata mimpi jaksa itu benar, dinar dan dirham dalam mimpi jaksa itu adalah sebuah kenyataan. Laki-laki ini sangat bersyukur pada jaksa tersebut. Kairo adalah musibah baginya, tapi sumur tua di belakang gubuknya adalah sebuah kenyataan.

Telah dimuat di Harian Aceh edisi Rabu, 15 Desember 2010 di rubrik cang panah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar