Rabu, 06 Desember 2017

Kilas Sejarah Dikee Maulid Suak Nie

dikee, dike maulid, budaya aceh, maulid nabi muhammad, suak nie
Asshalaatu 'alannabi
Wassalaamu 'alarrasul
As-syafii 'il abthahi
Walhabii bul 'arabi...

Lantunan shalawat memecah keheningan malam. Bait demi bait sirah nabi dari kitab barzanji dibacakan serentak oleh jamaah dikee. Secara bergantian, syahi dan anggota mengagungkan sang Nabi. Ayunan badan diiringi gelengan kepala serentak menambah kekompakan group. Semua yang hadir begitu energik membawakan beragam variasi irama.

Anggota dikee duduk berbaris dengan posisi berhadapan. Sebelah timur diatur barisan anak-anak diantara apitan dua tiang penyangga masjid. Sementara disebelah kiblat, duduk barisan syahi. Posisinya tepat di hadapan mimbar warna coklat muda.

Begitulah suasana peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw di Gampong Suak Nie Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Warga secara bersama-sama datang ke masjid untuk membacakan barzanji.
Sudah menjadi tradisi di Aceh, bila bulan Maulid tiba, masyarakat memeriahkannya dengan kenduri dan meudikee (Membaca shalawat Nabi dari kitab barzanji secara berkelompok dan diiringi dengan seni gerakan badan. Gerakan tersebut hampir sama dengan tarian tradisional Aceh lainnya, seperti Ratoh Jaro, Ratoh Bantai, likok pulo, meuseukat, dan lainnya).

Seni dan variasi irama meudikee berbeda-beda setiap group dikee. Namun, isi shalawat yang dibacakan tetap berpacu pada kitab Barzanji. Dimulai dengan istighfar, shalawat, dan ditutup dengan doa.

Menurut Usman L, seorang tokoh masyarakat mengatakan bahwa dikee maulid di Gampong Suak Nie sejak kepemimpinan Keuchik Ali. Pasca pemekaran Gampong Suak Nie dari Gampong Suak Raya. Kemudian juga terus langgeng sampai ke masa Keuchik M Yatim. Saat itu di pimpin oleh Syahi Tgk. Ali.

"Watee nyan, syeh jih Tgk Ali. Dikee tuha dengon irama kreuh (waktu itu dipimpin oleh syahi Tgk Ali, variasi irama yang dibawa yaitu variasi tua, dengan nada tinggi dan keras)," tambahnya.

dikee, dike maulid, budaya aceh, maulid nabi muhammad, suak nie


Sempat Mati Suri Lebih 5 Tahun

Seiring berjalan waktu, dikee maulid terus digalakkan di kalangan masyarakat Gampong Suak Nie ketika itu. Berbagai undangan dari kampung tetangga pun terpenuhi. Namun, pada masa akhir kepemimpinan Keuchik M Yatim, Dikee maulid di Suak Nie mulai vakum. Tidak aktifnya dikee tersebut sampai masa kepemimpinan Keuchik Said Abbas periode pertama.

"Vakumnya dikee maulid di Suak Nie karena tidak ada lagi syahi yang menggalakkannya. Sementara Tgk Ali sudah tak mampu lagi secara fisik. Selain itu," jelas Sulaiman Isa, salah seorang warga Suak Nie.

Di tempat terpisah, Teungku Imum Chiek Gampong Suak Nie, Tgk Ramadhan juga menceritakan hal serupa. Beliau menambahkan, sebelum group dikee "mati suri" di Suak Nie, syahi sempat di bantu oleh Tgk M Nur dari Aceh Utara. Ia adalah menantu dari Tgk Ali.

"Kemudian pada masa Keuchik Said Abbas periode kedua, sekitar tahun 2001, group dikee maulid Gampong Suak Nie dihidupkan kembali. Saat itu dipimpin oleh syahi Tgk Basyah dari Suak Raya." Jelas Tgk Ramadhan.

Mengikuti Seleksi PKA 2004

Pada masa Keuchik Said Abbas tersebut group dikee Suak Nie bangkit kembali. Kemampuan anggota memainkan seni geleng kepala dan goyangan badan pun begitu lincah. Undangan dari kampung tetangga juga datang silih berganti. Group dikee Suak Nie mulai punya nama kembali dibawah pimpinan syahi Tgk Basyah, dengan khas seragam putih lengan panjang.

Ketenaran group dikee Suak Nie makin harum ketika sempat mengikuti seleksi Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) tahun 2004. Ketika itu, Suak Nie masuk final bersama group dikee Cot Darat Kecamatan Samatiga. Setelah penilaian dari juri, nilai group dikee Suak Nie dibawah nilai Cot Darat. Secara otomatis Cot Darat yang mewakili Aceh Barat ke pentas PKA di Banda Aceh.

dikee, dike maulid, budaya aceh, maulid nabi muhammad, suak nie


Musibah Tsunani 2004

Selang beberapa bulan setelah mengikuti seleksi PKA, musibah besar melanda Aceh. Gampong Suak Nie ikut menjadi korban. Lebih separuh penduduknya menjadi korban keganasan tsunami tersebut.
Seluruh bangunan luluh lantak. Seluruh persawahan dan perkebunan warga ikut musnah. Tak terkecuali, seluruh harta benda raib ditelan bencana besar tersebut.

Permukiman direlokasi ke lahan baru di jalan Imam Bonjol. Berkat dinatur dan NGO luar, pemukiman baru tertata. Ekonomi masyarakat pun secara perlahan mulai pulih kembali. 

Bencana tsunami ini juga berpengaruh pada dikee maulid di Suak Nie. Tahun 2005, dikee ditiadakan di Suak Nie. Namun, masyarakat tetap memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw dengan berdoa dan zikir bersama. Walaupun keadaan darurat di tenda pengungsian, namun antusias masyarakat untuk menjunjung penghulu alam takkan luput ditelan bencana.

Kemudian tahun 2006, masyarakat Suak Nie memulai kembali latihan dikee. Saat itu warga masih menempati barak pengungsian.  Walaupun jumlah anggota tak selengkap sebelum tsunami, namun semangat untuk menyemarakkan hari kelahiran Rasulullah tetap terjaga.

Di bawah pimpinan syahi Tgk Jailani, kemudian diteruskan oleh Tgk Ramadhan, dikee maulid di Suak Nie terus berkembang hingga saat ini. Inilah seni budaya yang harus dilestarikan oleh generasi penerus. Terlepas dari khilafiyah ulama, dikee maulid merupakan cara masyarakat Aceh dalam memeriahkan hari kelahirah Nabi Muhammad Saw.
***

Ya Rasulullah janjongan kami
Neubri syafa'at umatmu ini
Tiada la'en harapan kami
Dipadang masya himpunan kami

Menjelang pukul 10.00 malam, lantunan shalawat semakin semarak menggema. Melalui pengeras suara Masjid at-Taqwa Suak Nie, lantunan shalawat dipancarkan seantero gampong.

Malam itu 12 Rabiul awal 1439 Hijriah (30/11/2017), seperti tahun-tahun sebelumnya, group dikee Suak Nie mengkhatamkan dikee. Setelah rangkaian dikee duk (secara duduk) maka dilanjutkan dikee dong (secara berdiri).

Saat dikee dong, posisi anggota bershaf dan berhadapan, kelompok dikee sahut menyahut melantunkan sirah nabi. Dimulai dari Yaa Rasulullah Janjongan Kami, Ya Nabi Salam 'Alaika, Allahu Laailahailllah, dan Hamdan Lillah. 

Setelah rangkaian dikee selesai dan ditutup dengan doa, para hadirin semua menikmati nasi bungkus kenduri. Beberapa pemuda bangkit untuk membagikannya. Secara merata dimulai dari anak-anak, satu persatu nasi bungkus dibagikan. "Sabar-sabar! Semua akan dapat bagian."[]

1 komentar: