Hampir seluruh wilayah Nanggroe Aceh Darussalam yang dilanda tsunami mengalami kehancuran. Kemudian kondisi geografis alam pun banyak berubah. Dari daratan dalam sekejab menjadi lautan, yang kemudian menjadi di rawa-rawa dan sungai.
Begitu pula di Gampong (desa) Suak Nie Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Struktur tanah yang dulunya merupakan lahan sawah petani, kini menjadi sungai tempat berkembang biak aneka hewan air. Selain itu juga menjadi lahan ekonomi masyarakat setempat sebagai nelayan sungai.
Namun bila dikembangkan, rawa-rawa bekas tsunami tersebut bisa dijadikan objek wisata air yang menarik. Letaknya tidak jauh dari bibir pantai Samudera Hindia. Selain itu jarak tempuh ke pusat kota pun terhitung dekat, yaitu berjarak 5 km.
Menurut warga setempat, debit air di rawa-rawa tersebut tidak pernah kering walaupun kemarau tiba. Dalam keseharian, masyarakat setempat menggunakan sampan sebagai sarana transportasi dan juga alat untuk menunjang ekonomi.
Inilah wujud Suak Nie sekarang, Rawa Lahir Pasca Tsunami. Pohon nipah tumbuh berjejer di sepanjang pinggiran rawa. Sekilas nampak sebagai benteng pertahanan yang melindungi daratan dari musuh. Berjarak tak jauh ke pinggiran pantai, pohon cemara ditanam berjejer. Tumbuh hijau alami dengan didampingi pandan berduri.
Selain itu, wilayah Suak Nie sekarang menjadi sentra penghasil lokan atau kerang, kepiting, ikan, dan udang. Ada beberapa jenis ikan yang unggus di rawa Suak Nie, antara lain yaitu ikan nila, mujahir, gabus, kakap, dan lain-lain.
Lokan asli rawa Suak Nie |
Kemudian, sebagian masyarakat setempat memanfaatkan lahan tersebut sebagai tempat melepaskan ternak besar. Ketersediaan pakan mencukupi. Selain itu lahan pun begitu luas.
Semoga keindahan alam yang sudah tertata begitu indah tersebut bisa dijaga dan dilestarikan sebagai pusaka bagi anak cucu nanti.[]
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus