Jaring-jaring bergantung hampir di semua sudut kawasan Tahura Pocut Meurah Intan. Pemilik jaring berdiam di tengah-tengah jaring menunggu ada mangsa yang terperangkap. Greeettttttt… Seekor capung terperangkap. Spider sang pemilik sarang dengan cepat menaklukkannya. Kejam memang. Namun inilah cara para laba-laba bertahan hidup.
Taman Hutan Raya Seulawah ini memang ditetapkan sebagai hutan yang dilindungi. Selain laba-laba (spider), kita juga dapat melihat beraneka jenis flora dan fauna di taman ini. Beraneka burung hinggap di ranting pinus dan akasia. Gerombolan monyet menanti pengunjung dengan mengharap makanan yang dilemparnya. Sayang, ketika kami singgah di kawasan ini tak ada monyet yang menanti.
Saya bersama Zuhri dan Bang Khalis yang berangkat dari Bireuen, singgah sejenak di taman ini. Sambil melepaskan penat, kami menelusuri areal taman yang ditanam beberapa spesies tumbuhan. Selain itu, di kawasan ini juga disediakan areal bermain untuk anak-anak.
Tak jauh dari taman bermain juga terdapat rumah yang terbuat dari kayu. Desainnya mewah, mirip villa-villa yang terdapat di kawasan Eropa. Bangunannya berdiri di kaki gunung. Di belakang rumah langsung berhadapan dengan hutan pinus yang tinggi rata-rata mencapai tiga puluhan meter.
Saya dan Zuhri sempat melihat sampai ke belakang rumah. Sepi. Hanya ada suara burung dan suara kumbang. Sekitar 30 meter dari rumah terdapat jambo yang dibagun di atas pohon pinus. Biasanya tempat ini digunakan untuk permainan flying fox.
Areal flying fox |
Nah, setelah istirahat dan melihat keanekaragaman flora dan fauna di Tahura Pocut Merah Intan, tenaga pun sudah pulih kembali. Kami sepakat meneruskan perjalanan menuju Banda Aceh. Selamat tinggal spider… :)
Pamplet petunjuk tentang Tahura PMI |
Jalan keliling bagi pengunjung di areal taman |
Salah satu spesies bunga |
Beristirahat di puntung kayu |
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus