Sabtu, 30 Agustus 2014

Melihat Spider di Tahura Pocut Meurah Intan

tahura pocut meurah intan
Pertama melangkahkan kaki ke Tahura Pocut Merah Intan, pandangan saya langsung tertuju kepada seekor laba-laba yang membangun sarang di dekat pintu masuk. Rupanya, ia tak sendirian menanti tamu di kawasan ini. Ada ratusan bahkan ribuan laba-laba yang bersarang di antara pepohonan dalam kawasan Tahura Seulawah ini.

Jaring-jaring bergantung hampir di semua sudut kawasan Tahura Pocut Meurah Intan. Pemilik jaring berdiam di tengah-tengah jaring menunggu ada mangsa yang terperangkap. Greeettttttt… Seekor capung terperangkap. Spider sang pemilik sarang dengan cepat menaklukkannya. Kejam memang. Namun inilah cara para laba-laba bertahan hidup.

Taman Hutan Raya Seulawah ini memang ditetapkan sebagai hutan yang dilindungi. Selain laba-laba (spider), kita juga dapat melihat beraneka jenis flora dan fauna di taman ini. Beraneka burung hinggap di ranting pinus dan akasia. Gerombolan monyet menanti pengunjung dengan mengharap makanan yang dilemparnya. Sayang, ketika kami singgah di kawasan ini tak ada monyet yang menanti.




Saya bersama Zuhri dan Bang Khalis yang berangkat dari Bireuen, singgah sejenak di taman ini. Sambil melepaskan penat, kami menelusuri areal taman yang ditanam beberapa spesies tumbuhan. Selain itu, di kawasan ini juga disediakan areal bermain untuk anak-anak.

Tak jauh dari taman bermain juga terdapat rumah yang terbuat dari kayu. Desainnya mewah, mirip villa-villa yang terdapat di kawasan Eropa. Bangunannya berdiri di kaki gunung. Di belakang rumah langsung berhadapan dengan hutan pinus yang tinggi rata-rata mencapai tiga puluhan meter.




Saya dan Zuhri sempat melihat sampai ke belakang rumah. Sepi. Hanya ada suara burung dan suara kumbang. Sekitar 30 meter dari rumah terdapat jambo yang dibagun di atas pohon pinus. Biasanya tempat ini digunakan untuk permainan flying fox.

Areal flying fox
Tahura Pocut Merah Intan, sebuah kawasan Taman Hutan Raya yang terletak di pengunungan Seulawah Agam di antara perbatasan Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie. Sejak 1930 kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan hutan. Kemudian pada tahun 1990 Pemda Aceh menetapkannya sebagai Taman Hutan Raya (Tahura). Luas areal yang dipersiapkan mencapai 25.000 hektar, 10.000 hektar yang dianggap layak dan dapat mewakili keanekaragaman flora, fauna maupun potensi alam lainnya. Namun dari 10.000 hektar, hanya 6.300 hektar yang ditetapkan sebagai luas Tahura. Kemudian Tahura Seulawah ditetapkan dengan nama Tahura Pocut Meurah Intan.

Nah, setelah istirahat dan melihat keanekaragaman flora dan fauna di Tahura Pocut Merah Intan, tenaga pun sudah pulih kembali. Kami sepakat meneruskan perjalanan menuju Banda Aceh. Selamat tinggal spider… :)

Pamplet petunjuk tentang Tahura PMI

Jalan keliling bagi pengunjung di areal taman

Salah satu spesies bunga

Beristirahat di puntung kayu

1 komentar: