Rabu, 08 Juni 2011

Hilang Sandal

Foto search google

Suatu malam, Nurdin dan Bang Basyah pergi ke sebuah masjid kampung tetangganya untuk mendengarkan ceramah agama. Mereka datang sebelum waktu isya dan berniat untuk salat isya di masjid tersebut. Setelah selesai salat, Sang Teungku (ustaz) penceramah langsung dipersilahkan untuk menyampaikan ceramahnya kepada jamaah yang berhadir.

Ceramah kali ini bercerita tentang makna musibah bagi diri sendiri dan bagi orang lain dalam kehidupan manusia. Teungku menjelaskan bahwa sebuah musibah yang besar maupun kecil, datang dari Allah. Kita semua harus bersabar dan mengembalikannya hanya kepada Allah semata, yaitu dengan mengucapkan Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un. “Sebagai contoh, seseorang yang kehilangan sandal di masjid atau di tempat-tempat lainnya, itu juga termasuk musibah,” tambah sang Teungku.

Acara ceramah selesai, semua jamaah bangkit dari tempat duduknnya dan pulang kerumah masing-masing. Begitu juga dengan Nurdin dan Bang Basyah, mereka juga bangkit dan keluar dari masjid. Ketika mereka hendak meninggalkan masjid, mereka melihat sang Teungku nampak sedang mencari sesuatu di halaman masjid. Pandangan matanya tertuju ke semua sudut masjid dengan wajah yang nampak sedikit gelisah.

Nurdin jadi bingung dengan tingkah sang Teungku, ia pun bertanya, “Teungku sedang mencari apa, mungkin bisa kami bantu?”

“Sedang mencari sandal saya yang hilang, padahal itu sandal baru yang saya beli malam kemarin,” jawab Teungku.

Mendengar penjelasan sang Teungku, dengan spontan Nurdin dan Bang Basyah mengucapkan, “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un.” Teungku pun tersadar dengan wajah tersipu malu, ia langsung pamit pulang kepada Nurdin dan Bang Basyah. Kemidian Teungku mampir di warung sebelah jalan untuk membeli sandal jepit.

Bang Basyah tersenyum dan berkata kepada Nurdin, “Janganlah kita mengira bahwa musibah itu hanya datang kapada orang-orang yang ingkar saja. Kepada orang paling shaleh sekalipun juga akan mengalami musibah dalam kehidupan yang dijalaninya di dunia ini.”

“Kejadian ini bisa jadi pelajaran buat kita Din, siapa tahu kita nanti jadi pemimpin. Maka kita harus sadar diri, jangan kita cuma melarang rakyat agar tidak mencuri, merampok, bermusuhan, tetapi kita sendiri melakukan korupsi, menipu rakyat, dendam terhadap lawan politik, dan lain sebagainya. Apabila hal ini telah terjadi, maka cepat-cepatlah sadar. Dan yang terpenting, janganlah pura-pura khilaf untuk menipu dan memakan uang rakyat.” Tambah Bang Basyah.[]

Cang Panah Harian Aceh (05/06/11)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar