Tampilkan postingan dengan label harian aceh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label harian aceh. Tampilkan semua postingan

Minggu, 20 Maret 2011

Benteng

Alkisah, di sebuah desa, hiduplah seorang pemuda yang alim. Ia lebih dikenal dengan nama Barshisha. Sudah dua ratus tahun ia hidup, namun ia tidak pernah berbuat maksiat walaupun sekejap. Dengan ibadah dan kealimannya, sembilan ribu muridnya bisa berjalan di atas bumi melalui udara. Sampai-sampai para malaikat kagum terhadap hamba yang satu ini.

Suatu hari iblis datang ke biara Bashisha dengan menyamar sebagai seorang yang alim, dengan mengenakan kain zuhudnya berupa kain tenun.

"Siapa engkau ini, dan apa maumu?" Tanya Barshisha.

"Aku adalah hamba Allah yang datang untuk menolongmu, dalam rangka beribadah kepada Allah," jawab Iblis.

Dengan hati yang tegar Barshisha berkata, "Barangsiapa yang ingin beribadah kepada Allah maka cukuplah Allah sendiri yang menolongnya dan bukan engkau."

Kamis, 17 Maret 2011

Korek Api

Fotobucket.com
Pagi Minggu, Apa Banta disuruh ibunya pergi ke sawah. Ia ditugaskan untuk melihat burung-burung agar tidak mendarat dan makan padinya. Apa Banta menuruti perintah ibunya, ia pergi ke rangkangnya dengan membawa seplastik pisang goreng. Sambil menjaga padi ia menikmati pisang gorengnya.

Dari jauh dilihatnya sosok seseorang yang datang ke rangkangnya. Ia tidak lain adalah kakeknya yang akan menemani Apa Banta di sawah. Ia terus mendekat dan kemudian singgah di rangkangnya. Apa Banta memberi pisang goreng untuk kakeknya. “Sambil paroh tulo, kakek akan menceritakan kepadamu tentang seorang pemimpin yang adil dalam mempergunakan harta rakyatnya. Apakah engkau akan mendengarnya?” Tanya kakek kepada Apa Banta.

“O… boleh, boleh, boleh. Saya sangat senang mendengarnya Kek,” jawab Banta,  cucunya. Kakek pun mulai bercerita dan Apa Banta menyimak dengan baik cerita kakeknya.

Garis Lurus



pensil, garis lurus
Pada suatu pagi di sebuah kedai kopi, Udin duduk sendirian sambil meneguk segelas kopi dan menikmati sepotong kue. Ia mendengar orang-orang di sampingnya asyik membicarakan masalah pilkada yang akan berlangsung bulan depan. Mereka mempertanyakan, siapakah yang pantas jadi pemimpin? Seorang di antara mereka mengatakan bahwa pemimpin itu harus jujur dan adil. Udin yang baru tahun ini memiliki hak pilih, ia masih bingung dalam menentukan pilihannya. Ia masih bertanya-tanya, seperti apakah pemimpin yang jujur dan adil itu?

Pada suatu malam di dayah pengajian, Udin bertanya kepada Teungku Lot. "Teungku, pemimpin yang jujur dan adil itu seperti apa? Saya masih bingung menentukannya, karena sekarang semuanya mengaku adil, tapi kenyataannya 'han sapeu pih', mereka semua lebih memilih jabatan belaka, sementara rakyatnya ditelantarkan."

Usaha

Di sebuah daerah di sudut kota, ada seorang pemuda pincang yang tinggal di kolong jembatan. Setiap pagi, pemuda ini pergi mencari isi perut. Ia mengemis pada orang-orang di sekitarnya. Walaupun ada yang memberi dan ada juga yang menolaknya, namun ia tetap berusaha demi nafkah hidupnya.

Suatu hari, seperti biasa pemuda ini menjalankan profesinya sebagai pengemis. Tapi hingga siang hari, tak ada sekeping koin pun yang ia dapatkan. Pemuda ini tidak putus asa, ia terus berusaha. Lalu, si pemuda pergi ke sebuah rumah orang kaya yang dermawan. Kemudian ia meminta-minta di rumah itu.

Sang dermawan selaku pemilik rumah ini mengatakan padanya, "Saya akan memberikan sesuatu untukmu wahai pemuda. Tapi sebelumnya engkau harus memindahkan dulu batu-batu  yang di belakang rumah, dan bawa ke depan!"