Beberapa waktu lalu, setelah hujan deras mengguyur, laut kawasan terlihat aneh bin ajaib. Permukaan laut nampak terpisah seperti dua laut yang berdampingan seperti pertemuan antara Samudra Atlantik dan Mediterania yang tidak bercampur satu dengan yang lain. Salah satu samudera merupakan air tawar dan yang satunya merupakan air asin.
Jaques Yves Cousteau merupakan orang yang pertama menemukan laut yang terpisah seperti berdinding ini. Ia adalah seorang Oceanografer berkebangsaan Prancis. Penelitian ini dilakukannya ketika melakukan eksplorasi di bawah laut Atlantik dan Mediterania. Menakjubkan, ia menemui kumpulan mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut.
Selasa, 11 November 2014
Senin, 20 Oktober 2014
Manfaat Jambu Biji Untuk Kesehatan
Jika anda tinggal di pedesaan, buah ini memang tak asing lagi. Namun tak hanya di pedesaan, di kalangan penduduk kota tanaman jambu biji juga sudah banyak dibudidayakan dalam pot. Selain mudah ditanam dan dirawat, tanaman ini juga memiliki khasiat untuk kesehatan. Semua bagian dari tanaman ini bisa dijadikan obat. Mulai dari buahnya, daunnya, bahkan akarnya. Dan satu lagi, batangnya pun bias dijadikan tiang ataupun kayu bakar.
Sabtu, 20 September 2014
FOTO: Landscape Kota Tapaktuan
Landskap Kota Tapaktuan |
Wellcome to Tapak Tuan. Inilah kota di pantai selatan Aceh yang megah dengan keindahan alam. Terletak di pesisir laut dan diapit gunung-gunung yang menjulang. Jika berkunjung ke Tapaktuan, selain dapat melihat tapak kaki raksasa dan menikmati keindahan desain Masjid Agung Istiqamah, kita juga dapat melihat landscape kota Tapaktuan dari atas mercusuar yang terletak di atas Gunong Lampu.
Untuk menuju mercusuar kita harus memanjat lebih kurang 130 anak tangga. Sebelum itu, kita lebih dulu melalui jalan setapak di antara bongkahan batu besar. Setelah melalui kurang lebih 50 meter dari tempat parkir, di sebelah kanan kita akan menjumpai tangga semen. Nah, itulah tangga menuju mercusuar Gunong Lampu.
FOTO: Jejak Kaki Raksasa di Tapaktuan
Aceh Selatan, kota yang terletak di pantai selatan Provinsi Aceh. Jika mendengar nama Aceh Selatan, tak asing lagi dengan legenda Naga dan Tuan Tapa. Megahnya legenda ini dipertahankan sampai sekarang oleh masyarakat Aceh Selatan. Banyak tulisan --baik di media cetak maupun online-- yang mengupas legenda tersebut. Karena legenda itu pula, kota Tapaktuan dijuluki Kota Naga.
Diantara bukti yang menguatkan legenda tersebut yaitu adanya telapak kaki Tuan Tapa yang berukuran raksasa. Menurut sejarah, Tuan Tapa lah yang telah membunuh naga tersebut.
Sabtu, 30 Agustus 2014
Melihat Spider di Tahura Pocut Meurah Intan
Pertama melangkahkan kaki ke Tahura Pocut Merah Intan, pandangan saya langsung tertuju kepada seekor laba-laba yang membangun sarang di dekat pintu masuk. Rupanya, ia tak sendirian menanti tamu di kawasan ini. Ada ratusan bahkan ribuan laba-laba yang bersarang di antara pepohonan dalam kawasan Tahura Seulawah ini.
Jaring-jaring bergantung hampir di semua sudut kawasan Tahura Pocut Meurah Intan. Pemilik jaring berdiam di tengah-tengah jaring menunggu ada mangsa yang terperangkap. Greeettttttt… Seekor capung terperangkap. Spider sang pemilik sarang dengan cepat menaklukkannya. Kejam memang. Namun inilah cara para laba-laba bertahan hidup.
Jaring-jaring bergantung hampir di semua sudut kawasan Tahura Pocut Meurah Intan. Pemilik jaring berdiam di tengah-tengah jaring menunggu ada mangsa yang terperangkap. Greeettttttt… Seekor capung terperangkap. Spider sang pemilik sarang dengan cepat menaklukkannya. Kejam memang. Namun inilah cara para laba-laba bertahan hidup.
Kamis, 28 Agustus 2014
Masjid Tuha Indrapuri
“Jika dapat calon istri orang seputaran Indrapuri, saya akan menikah di masjid ini,” kata Nurkhalis saat melangkah kaki masuk ke Masjid Tuha Indrapuri, Aceh Besar.
Masjid Tuha Indrapuri memiliki sejarah penting bagi masyarakat Aceh. Dibangun sekitar tahun 1607-1636 oleh Sultan Iskandar Muda. Bangunan masjid dibangun di area seluas 33.875 meter, seluruh bangunan berkontruksi kayu dengan beberapa ukiran. Denah masjid ini berbentuk bujur sangkar berukuran 18,80 m x 18,80 m dengan tinggi bangunan 11,65 m.
Selasa, 26 Agustus 2014
Masjid Raudhaturrahman Padang Tiji
Masjid ini banyak digunakan para pengguna jalan sebagai tempat istirahat ketika sampai waktu salat dan saat lelah berkendara. Selain tempatnya yang strategis di pinggir jalan raya, masjid ini juga memiliki halaman yang luas untuk tempat parkir kendaraan.
Masjid Baitul Makmur Krueng Sabee
Masjid Baitul Makmur terletak di lintasan Meulaboh Banda Aceh, tepatnya di Keude Krueng Sabee, Aceh Jaya, kurang lebih 12 Km dari kota Calang.
Masjid yang bergaya arsitektur melayu ini dibangun pascatsunami melanda Aceh pada 2004 silam. Bangunan masjid memiliki delapan kubah, masing-masing satu kubah utama, tiga kubah di pintu masuk, dan empat kubah di sudut masjid.
Selain untuk tempat ibadah, Masjid Baitul Makmur ini sering digunakan pengguna jalan sebagai tempat istirahat saat lelah berkendara. Selain tempatnya yang strategis, pengungjung juga bisa menggunakan fasilitas masjid untuk kebutuhannya, seperti kamar mandi da WC umum. Bagi pengendara mobil pun tidak khawatir untuk memarkirkan kendaraannya, karena di area masjid tersedia lahan parkir yang luas dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Masjid yang bergaya arsitektur melayu ini dibangun pascatsunami melanda Aceh pada 2004 silam. Bangunan masjid memiliki delapan kubah, masing-masing satu kubah utama, tiga kubah di pintu masuk, dan empat kubah di sudut masjid.
Selain untuk tempat ibadah, Masjid Baitul Makmur ini sering digunakan pengguna jalan sebagai tempat istirahat saat lelah berkendara. Selain tempatnya yang strategis, pengungjung juga bisa menggunakan fasilitas masjid untuk kebutuhannya, seperti kamar mandi da WC umum. Bagi pengendara mobil pun tidak khawatir untuk memarkirkan kendaraannya, karena di area masjid tersedia lahan parkir yang luas dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Minggu, 10 Agustus 2014
Masjid Agung Istiqamah Tapaktuan
Mendengar kemegahan dan keindahan Masjid Istiqamah Tapaktuan dari kawan-kawan, saya berhajat ingin shalat di sana. Lebih-lebih ketika melihat foto-foto karya Ikbal Fanika, yang di posting di blognya, membuat keinginan saya semakin menggebu-gebu, seakan tidak bisa menunggu keesokan hari.
Namun, keinginan tersebut baru tercapai ketika mengikuti Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Kabupaten Abdya. Di sela-sela kegiatan, saya dan Arif, Apoel, dan Akhie sepakat mengujungi kota naga, Aceh Selatan. Setelah mengunjungi patung naga dan jejak tapak Tuan Tapa, kami salat zuhur di Masjid Istiqamah, Masjid Agung di kota Tapaktuan.
Namun, keinginan tersebut baru tercapai ketika mengikuti Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) di Kabupaten Abdya. Di sela-sela kegiatan, saya dan Arif, Apoel, dan Akhie sepakat mengujungi kota naga, Aceh Selatan. Setelah mengunjungi patung naga dan jejak tapak Tuan Tapa, kami salat zuhur di Masjid Istiqamah, Masjid Agung di kota Tapaktuan.
Selasa, 29 Juli 2014
Masjid Nurul Huda, Saksi Sejarah Aceh Barat
Masjid bersejarah ini memiliki dua kubah utama yang letak berderetan, dan dua kubah kecil di sisi kiri dan kanan kubah utama. Selain itu, masjid dengan atap merah kecoklatan ini memiliki menara yang terletak di sebelah kiblat masjid.
Sabtu, 19 Juli 2014
Sayang, Makam Tgk Di Cantek Tak Terurus
Seakan tak ada kepedulian dari pemerintah. Itulah hal yang terkesan saat melihat keadaan makam Tgk Di Cantek, yang terletak di pinggir jalan Malahayati, tepatnya di Desa Baet, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Hanya ada pagar sederhana yang memugar makam bersejarah ini.
Di sisi kiri makam terdapat dua plang yang bertuliskan situs cagar budaya. Rumput setinggi lutut menghiasi makam dan sekelilingnya. Pondasi batu-bata seukuran 1x2 meter yang telah patah menjadi tanda area makam tersebut. Hanya dari tulisan di plang tersebut, masyarakat mengetahui bahwa ada makam bersejarah di daerah ini.
Di sisi kiri makam terdapat dua plang yang bertuliskan situs cagar budaya. Rumput setinggi lutut menghiasi makam dan sekelilingnya. Pondasi batu-bata seukuran 1x2 meter yang telah patah menjadi tanda area makam tersebut. Hanya dari tulisan di plang tersebut, masyarakat mengetahui bahwa ada makam bersejarah di daerah ini.
Kue Khas Aceh di Hari Lebaran
Menjelang Idul Fitri, hampir semua masyarakat disibukkan dengan berbagai kegiatan dan kebiasaan untuk memeriahkannya. Mulai dari membeli pakaian baru, perabot baru, kenderaan baru, alat elektronik baru sampai menyiapkan berbagai makanan dan aneka kue yang jarang kita temukan di bulan-bulan lain. Tradisi membuat kue ketika menyambut lebaran, masih mendarah daging dalam kehidupan sosial masyarakat Aceh. Hampir setiap rumah, kita dapat mencicipi beraneka macam kue khas Aceh yang terus dilestarikan sampai sekarang.
Sabtu, 14 Juni 2014
Makam Raja Sipacak
Makam Raja Sipacak dilihat dari jalan |
Minggu, 04 Mei 2014
Masjid Abu Daud Beureueh
Masjid Baitul A’la Lil Mujahidin, menjadi sejarah bisu bagi masyarakat Aceh atas perjuangan Teungku Daud Beureueh di bumi Serambi Mekah ini. Berdiri di sisi jalan lintasan Banda Aceh-Medan, tepatnya di Kota Beureuneun, Gampong Jaman Barat, Kecamatan Mutiara, Pidie. Di kalangan masyarakat Aceh, masjid yang memiliki dua menara ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Abu Beureueh.
Masjid ini dibangun atas prakarsa Teungku Muhammad Daud Beureueh pada tahun 1950 di atas lahan seluas 10.200 m2. Menurut sejarah, masjid ini berhasil dibangun atas kerjasama masyarakat Aceh. Bahkan, biaya untuk membeli material berasal dari sumbangan segenggam beras masyarakat Aceh, baik yang tinggal di dalam maupun yang di luar Aceh.
Masjid ini dibangun atas prakarsa Teungku Muhammad Daud Beureueh pada tahun 1950 di atas lahan seluas 10.200 m2. Menurut sejarah, masjid ini berhasil dibangun atas kerjasama masyarakat Aceh. Bahkan, biaya untuk membeli material berasal dari sumbangan segenggam beras masyarakat Aceh, baik yang tinggal di dalam maupun yang di luar Aceh.
Kamis, 01 Mei 2014
Kebun Binatang Mini di Taman Rusa
Patung rusa |
Terletak di Desa Lam Tanjong, Sibreh, Aceh Besar. Sekitar 30 menit perjalanan dari Banda Aceh. Tempat ini terletak di kaki pengunungan Bukit Barisan yang jauh dari deru kendaraan dan kebisingan kota. Untuk mengunjungi tempat ini, pengunjung harus membeli karcis 10.000 rupiah untuk orang dewasa pada hari sabtu, minggu dan hari libur, dan lima ribu untuk anak-anak. Sedangkan pada hari kerja, pengunjung cukup membayar 5000 rupiah saja.
Jumat, 25 April 2014
Bertamasya ke Hutan Kota
Bila Anda ingin mencari suasana nyaman di tengah kesibukan kota Banda Aceh, Anda bisa datang ke Hutan Kota BNI Tibang, Banda Aceh. Walaupun tergolong tempat wisata baru di Banda Aceh, namun Anda bisa menemukan udara segar di antara pepohonan dalam hutan di tengah kota ini.
Hutan ini dibangun atas lahan seluas 7.15 ha di Desa Tibang, Banda Aceh. Upaya pembangunannya melibatkan Pemko Banda Aceh, Bank BNI, Yayasan Bustanussalatin, serta masyarakat Gampong Tibang. Awalnya, kawasan Hutan Kota ini merupakan lahan kosong yang terlantar. Namun setelah dibangun dan dirawat, kawasan ini menjadi tempat favorit muda-mudi.
Hutan ini dibangun atas lahan seluas 7.15 ha di Desa Tibang, Banda Aceh. Upaya pembangunannya melibatkan Pemko Banda Aceh, Bank BNI, Yayasan Bustanussalatin, serta masyarakat Gampong Tibang. Awalnya, kawasan Hutan Kota ini merupakan lahan kosong yang terlantar. Namun setelah dibangun dan dirawat, kawasan ini menjadi tempat favorit muda-mudi.
Sabtu, 12 April 2014
Keindahan Gunong Crungcrang
Permandangan alam Aceh, tak kalah indahnya bila dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia. Banyak keindahan alam yang berpotensi dikembangkan untuk memajukan pariwisata di Aceh. Sebagai contoh, permandangan laut di kawasan Gunong Crungcrang, Lageun, Aceh Jaya. Tempat ini terlihat masih alami. Cuma ada beberapa pondok atau gerai tempat singgah yang berdiri sepanjang jalan lama daerah ini.
Sebelum pembangunan jalan besar Meulaboh-Banda Aceh, tempat singgah ini berada di pinggir jalan utama. Para pengendara sering singgah sekedar menghilangkan penat di gerai-gerai. Pohon cemara sebagai peneduh dari sinar matahari. Pengunjung biasanya duduk menghadap laut menikmati permandangan dua pulau kecil yang berada tak jauh dari daratan. Dari atas bukit, kita dapat menyaksikan pecahan ombak menghantam batu karang.
Sebelum pembangunan jalan besar Meulaboh-Banda Aceh, tempat singgah ini berada di pinggir jalan utama. Para pengendara sering singgah sekedar menghilangkan penat di gerai-gerai. Pohon cemara sebagai peneduh dari sinar matahari. Pengunjung biasanya duduk menghadap laut menikmati permandangan dua pulau kecil yang berada tak jauh dari daratan. Dari atas bukit, kita dapat menyaksikan pecahan ombak menghantam batu karang.
Senin, 07 April 2014
Foto - Keindahan Subuh dan Magrib
Jumat, 21 Maret 2014
Selasa, 18 Maret 2014
Minggu, 16 Maret 2014
Meulaboh-Banda Aceh Tahun 2009
Pengunungan Gunong Malem, Lageun |
Setelah kurang
lebih 5 tahun saya kuliah di ibukota Aceh, saya mencoba merenungkan sedikit
masa-masa pertama berangkat untuk mendaftar kuliah ke Banda Aceh. saya
teringat, ketika pertama berangkat dengan sepeda motor bersama kawan-kawan.
Seru dan menantang. Itulah yang masih teringat di benak saya sampai sekarang.
Ketika kali
pertama ke Banda Aceh, kami menempuh jalan yang masih dalam tahap perbaikan. Kadang
kami harus mendorong motor di dalam lumpur yang dalamnya selutut. Jalan berbatu dan berlubang terus-terusan menyambut kedatangan kami hingga ke Lhoknga, Aceh Besar. Berikut ada beberapa foto yang sempat saya abadikan.
Kamis, 06 Maret 2014
Rakyat itu Raja
Dewasa lah...
Karena menjadi tua sudah pasti
Tapi menjadi dewasa adalah pilihan...
Inilah sebuah nasehat yang patut kita cermati betul-betul. Jadi diri sendiri adalah sebuah pilihan menuju kesuksesan. Mulai sekarang kita harus berhenti melihat kesuksesan olang lain yang terlalu berlebihan. Karena hal itu akan membuat kita semakin terpuruk.
Bagaimana kita mempersiapkan diri menjadi orang dewasa? Saya teringat cerita teman ketika dia diangkat menjadi bilal di mesjid kampungnya. Ketika itu, masyarakat akan menghormatinya karena pekerjaan dan amanah yang dia pikul. Walaupun usia masih remaja, namun dia sudah dianggap sebagai orang tua dikampung tersebut. Walaupun demikian, ia tidak berlaku sombong kepada kawan-kawan seangkatan denganya. Ia tetap berlaku ramah, malah sikapnya yang semakin merendah diri.
Karena menjadi tua sudah pasti
Tapi menjadi dewasa adalah pilihan...
Inilah sebuah nasehat yang patut kita cermati betul-betul. Jadi diri sendiri adalah sebuah pilihan menuju kesuksesan. Mulai sekarang kita harus berhenti melihat kesuksesan olang lain yang terlalu berlebihan. Karena hal itu akan membuat kita semakin terpuruk.
Bagaimana kita mempersiapkan diri menjadi orang dewasa? Saya teringat cerita teman ketika dia diangkat menjadi bilal di mesjid kampungnya. Ketika itu, masyarakat akan menghormatinya karena pekerjaan dan amanah yang dia pikul. Walaupun usia masih remaja, namun dia sudah dianggap sebagai orang tua dikampung tersebut. Walaupun demikian, ia tidak berlaku sombong kepada kawan-kawan seangkatan denganya. Ia tetap berlaku ramah, malah sikapnya yang semakin merendah diri.
Rabu, 05 Februari 2014
Terapi Kesehatan di Ie Seuum
Pemandangan objek wisata Ie Seum dari atas gunung |
Sesuai dengan namanya, di sini memang terdapat air panas yang keluar dari celah gunung Seulawah. Menurut warga setempat, gunung tersebut merupakan gunung api yang aktif. Dari dahulu kala, ie seuum atau air panas memang sudah terdapat di desa ini. Makanya desa tersebut dinamakan Desa Ie Seuum.
Berjarak sekitar 35 km dari Banda Aceh, tempat wisata yang langka tersebut mengundang pengunjung ramai-ramai berdatangan. Tak hanya dari dalam daerah, turis mancanegara pun turut meramaikan objek wisata permandian air panas ini.
Minggu, 26 Januari 2014
Bukti Keadilan Sultan Iskandar Muda
Makam Meurah Pupok |
“Mate Aneuk meupat jirat, Gadoh
adat pat tamita,”
begitulah sebuah ungkapan Sultan Iskandar Muda saat menghukum putra mahkotanya
ketika dituduh berbuat salah. Ungkapan tersebut sekarang diabadikan pada
sebuah pamplet di samping makam Meurah Pupok dalam komplek Kerkhof Peucut,
Banda Aceh.
Masjid Baiturrahman, Saksi Bisu Sejarah Aceh
Masjid Raya
Baiturrahman merupakan saksi bisu sejarah Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan
Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1229 M dan kemudian diperluas oleh Sultan
Iskandar Muda. Selain untuk tempat ibadah, pada masa itu masjid ini juga
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan ilmu agama, ilmu politik, hukum,
kenegaraan, dan kebudayaan di nusantara. Pada masa itu banyak pelajar dari nusantara,
bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut
ilmu agama.
Langganan:
Postingan (Atom)