Masjid Raya
Baiturrahman merupakan saksi bisu sejarah Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan
Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1229 M dan kemudian diperluas oleh Sultan
Iskandar Muda. Selain untuk tempat ibadah, pada masa itu masjid ini juga
dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan ilmu agama, ilmu politik, hukum,
kenegaraan, dan kebudayaan di nusantara. Pada masa itu banyak pelajar dari nusantara,
bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut
ilmu agama.
Di mading depan
sebelah kiri masjid disebutkan bahwa, ketika Belanda masuk dan menyerang Aceh
pada tahun 1873, masjid ini merupakan markas pertahanan rakyat Aceh dan
kemudian berhasil direbut dan dibakar habis oleh Belanda. Pada saat itu, Mayjen
Khohler yang memimpin pasukan Belanda tewas tertembak di dahi oleh pasukan
Aceh. Tepatnya di bawah pohon Geulumpang dalam perkarangan Masjid Raya. Untuk mengenang
sejarah tersebut, maka dibangunlah sebuah monumen kecil, yaitu di depan sebelah kiri masjid.
Namun beberapa
tahun setelah dibakarnya mesjid tersebut, pihak Belanda melalui Gubernur Van
Der Heijden membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman dengan peletakan batu
pertama oleh Teuku Kali Malikul Adil pada 9 Oktober 1879. Tujuan pembangunan
kembali masjid ini yaitu untuk meredam kemarahan rakyat Aceh. Hingga saat ini, mesjid bersejarah ini telah
mengalami tujuh kali renovasi dan perluasan (1879-1993).
Masjid tujuh
kubah ini merupakan salah satu masjid terindah di Indonesia. Selain memiliki
menara induk, masjid ini juga memiliki empat menara di samping kiri, kanan, dan
arah kiblat. Di mihrab masjid terdapat lukisan kaligrafi yang terbuat dari seng
plat berwarna kuning keemasan. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia,
luasnya mencapai 4.760 m2 dan dapat menampung hingga 9.000 jamaah.
Berikut beberapa foto mengenai Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Nice Artikel ...
BalasHapuskunjungi juga disini :
www.musikanegri.blogspot.com
jgn lupakomentnya
ia makasih... :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus