Makam Meurah Pupok |
“Mate Aneuk meupat jirat, Gadoh
adat pat tamita,”
begitulah sebuah ungkapan Sultan Iskandar Muda saat menghukum putra mahkotanya
ketika dituduh berbuat salah. Ungkapan tersebut sekarang diabadikan pada
sebuah pamplet di samping makam Meurah Pupok dalam komplek Kerkhof Peucut,
Banda Aceh.
Tiga makam dengan nisan
kerajaan dipugar dalam lingkaran pagar besi berwarna hitam. Di sebuah bukit di antara 2.200 kuburan
prajurit Belanda. Jalan trotoar di sisi utara dan selatan makam, mengantarkan
pengunjung ke komplek makam. Lambang Pintoe Aceh berwarna kuning keemasan
menghiasi setiap ruas pagar. Sebatang pohon kupula memayungi ketiga makam
tersebut. Suasana terasa adem saat memasuki ke dalam kompek makam. Kain putih mengelilingi
di kedua batu nisan makam Meurah Pupok.
Sejarah mencatat, Sultan Iskandar Muda benar-benar bersikap adil saat
memimpin kerajaan Aceh Darussalam. Ia
tidak pandang bulu dalam menegakkan hukum. Siapa pun yang bersalah, harus tetap
dihukum dengan seadil-adilnya, termasuk keluarga istana sendiri.
Meurah Pupok atau yang lebih
dikeunal dengan Poteu Tjut atau Peucut, dihukum pancung oleh Sultan setelah mendapat
laporan dari seorang Perwira kepercayaannya bahwa Meurah Pupok telah berzina
dengan Perwira tersebut. Sementara istrinya telah ia bunuh sendiri, sedangkan Sultan
Muda – sebutan untuk Meurah Pupok – dimintai keadilan dari raja.
Menurut sejarah, Sultan
Iskandar Muda menghukum sendiri putra mahkotanya dengan hukuman pancung. Kemudian
atas titahnya, makam Meurah Pupok pun diasingkan dari komplek pemakaman
kerajaan.
Namun pada masa Ratu
Syafiatuddin memimpin, kebenaran terungkap. Ternyata abangnya, Meurah Pupok difitnah.
Meurah Pupok terjebak oleh suatu konspirasi yang sengaja dibuat untuk menyingkirkan
Putra Mahkota dari kerajaan Aceh Darussalam. Kemudian oleh Ratu Syafiatuddin,
nama baik abangnya mulai dipulihkan. Ratu juga melakukan pemugaran terhadap
makam Meurah Pupok dan diperlakukan dengan baik selayaknya keluarga istana.
Sekarang makam Meurah Pupok menjadi
saksi sejarah keadilan Sultan Iskandar Muda dalam memimpin Aceh Darussalam.
Namun sayang, ketika saya
berkunjung pada Jumat (10/01/14), komplek makam Meurah Pupok nampak kurang
terawat. Banyak sampah dedaunan yang bertumpuk di setiap sudut makam. Rumput
setinggi lutut menghiasi komplek berukuran 5x5 meter itu.
Ketika Tsunami melanda Aceh
pada 26 Desember 2004, komplek Kerkhof Peucut juga mengalami kerusakan. Menurut
data yang tercatat di sebuah pamplet dekat pintu masuk, ada 50 palang salip
penanda kuburan prajurit yang hilang.[]
semoga aja yang seperti ini lebih diperhatikan daripada tempat wisata yang megah .
BalasHapuskoment balik juga ya ? http://musikanegri.blogspot.com
yaya...
BalasHapussebenarnya sejarah itu memang patut dihormati...:D
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus