Sebelum pembangunan jalan besar Meulaboh-Banda Aceh, tempat singgah ini berada di pinggir jalan utama. Para pengendara sering singgah sekedar menghilangkan penat di gerai-gerai. Pohon cemara sebagai peneduh dari sinar matahari. Pengunjung biasanya duduk menghadap laut menikmati permandangan dua pulau kecil yang berada tak jauh dari daratan. Dari atas bukit, kita dapat menyaksikan pecahan ombak menghantam batu karang.
Pada tahun 2009, atau tepatnya sebelum jalan US-AID diresmikan, para pengunjung daerah ini lumanyan ramai. Pengendara dari arah Banda Aceh dan Meulaboh sering memilih tempat ini sebagai tempat istirahat. Selain itu, warga sekitar pun sering menghabiskan waktu di bukit ini sambil menunggu magrib tiba.
Namun pascaperesmian jalan US-AID, tempat yang tak kalahnya dengan puncak Geurute ini seakan ditinggalkan orang. Hanya beberapa warung atau gerai yang masih bertahan. Menurut pemilik warung, para pengendara sulit untuk singgah karena tidak lagi di tepi jalan raya. Untuk menuju kesana, pengunjung harus turun melewati jalan lama.
Jambo Peuniyoh dilihat dari lembah |
Pada Selasa, (25/3/2014) saya dan Suparman sepakat untuk beristirahat di tempat ini. Kali ini merupakan kunjungan kali pertama kami pascaperesmian jalan baru. Kami sepakat duduk di salah satu jambo peuniyoh, yang didirikan di antara pohon cemara besar. Setelah minum seteguk kopi, kami bertanya pada empunya warung, “Bolehkan kami turun ke bawah lembah ini? Kami ingin mengambil beberapa foto dari atas karang.”
“Boleh, tapi jangan dekat-dekat dengan ombak.” Jawabnya.
Kemudian ia mengingatkan kami supaya jangan dekat-dekat dengan ombak. Takutnya batu karangnya licin. Kami pun menuruti saran pemilik warung. Berikut beberapa foto yang sempat saya abadikan.:)
Bagus pemandangannya ya.. salam kenal :)
BalasHapusia bagus... jika dikembangkan sungguh luar biasa.. hehe
Hapussalam kenal kembali..:)
Galak lon kalen foto glah kupi nyan, sep tari :D
BalasHapushehe... nyankeuh bang...:D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus