Hutan ini dibangun atas lahan seluas 7.15 ha di Desa Tibang, Banda Aceh. Upaya pembangunannya melibatkan Pemko Banda Aceh, Bank BNI, Yayasan Bustanussalatin, serta masyarakat Gampong Tibang. Awalnya, kawasan Hutan Kota ini merupakan lahan kosong yang terlantar. Namun setelah dibangun dan dirawat, kawasan ini menjadi tempat favorit muda-mudi.
Letaknya sekitar 6 km dari pusat kota dan kira-kira 100 meter dari simpang Mesra. Tepatnya di tikungan menuju jembatan Krueng Cut. Dari pinggir jalan raya pengunjung dapat melihat jembatan besi dengan plang yang bertuliskan “Hutan Kota BNI Banda Aceh”.
Dari tempat parkir, para pengunjung akan disambut jembatan besi khas Eropa. Panjangnya sekitar 10 meter yang melintasi kolam ikan. Bagi pengunjung yang hobi potret, di jembatan ini merupakan angel yang menarik untuk mengabadikan foto.
Berjalan beberapa langkah dari jembatan, pengunjung akan disambut arah mata angin yang dibuat di lantai. Di sana terlihat beberapa arah tanda panah yang menunjukkan jarak daerah tertentu. Di sampingnya berdiri sebuah tugu dengan ukuran 1x2 meter yang memuat beberapa tulisan tentang Hutan Kota BNI Banda Aceh dan juga mengenai jenis tanaman dan beberapa jenis fauna yang ada dalam kawasan hutan tersebut.
Tugu yang memuat informasi seputar Hutan Kota |
Menurut data di tugu, ada 95 jenis pohon yang ditamam di hutan kota ini. Beberapa pohon utama yang tumbuh adalah pohon-pohon yang pada dasarnya merupakan tumbuhan pesisir. Seperti cemara laut, ketapang, waru, glumpang, trembesi, dan kelapa. Salah satu pohon yang cukup banyak ditaman di hutan kota ini yaitu trembesi (Samanea saman).
Hutan Kota BNI Banda Aceh tidak kalah menariknya dengan taman-taman lain yang ada di Banda Aceh. Bagi muda-mudi yang suka olahraga, di sini tersedia lapangan basket dan juga arena jogging.
Suasana sejuk dan nyaman akan menyapa para pengunjung yang “lari” dari kebisingan kota. Aneka corak bunga dan tanaman hias memanjakan pengunjung yang datang. Di bawah pohong yang rindang, para pengunjung bisa menikmati keindahan burung dan kupu-kupu yang hinggap di bunga-bunga.
Jalan setapak mengantarkan pengunjung pada jembatan tajuk. Mulai dari jembatan masuk hingga ke jembatan tajuk, ada puluhan jenis tanaman dapat dijumpai pengunjung. Setiap tanaman dilengkapi papan nama yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Latin.
Kenikmatan berkunjung ke Hutan Kota BNI terasa saat menaiki jembatan tajuk yang terbuat dari kayu. Papan ukuran 15 cm disusun dengan rapi untuk lantai jembatan. Pengunjung harus dengan hati-hati menaiki jembatan sampai ke puncak ketinggian. Dari puncak ketinggian jembatan, pengunjung dapat melihat permandangan beberapa sudut kota Banda Aceh. Di jembatan tajuk ini pun tak kalah menariknya untuk mengabadikan beberapa foto.
Jembatan Tajuk |
Permandangan mesjid Jeulingke dilihat dari Jembatan Tajuk |
Kenikmatan melewati jembatan tajuk tidak hanya sampai di puncak. Jembatan tambak bakau merupakan tempat favorit bagi pengunjung. Jembatan yang dibagun di atas tambak ini, dirancang sangat menarik dengan melewati hutan bakau. Selain itu, bangunan jembatan yang mempunyai beberapa tikungan patah, membuat pengunjung harus menikmatinya dengan hati-hati.
Sambil melewati jembatan tambak, para pengunjung dapat melihat beberapa jenis ikan dan beberapa jenis binatang tambak lainnya. Bila datang di sore hari, pengunjung dapat melihat kerumunan bangau yang hinggap di pohon bakau. Namun jangan khawatir, walaupun datang di siang hari, pengunjung juga bisa melihat beberapa bangau yang sedang mencari makan di area tambak ini.
Jembatan Tambak Bakau |
Selain dapat mengenal aneka jenis tanaman di hutan kota ini, pengunjung juga bisa mengunjungi makam-makam bersejarah. Dalam kawasan Hutan Kota BNI ini, terdapat tiga titik kuburan sejarah yang konon katanya merupakan makam keturunan raja-raja.
Selain untuk tempat bertamasya, Hutan Kota BNI Banda Aceh juga digunakan oleh para siswa untuk sarana pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan lingkungan hidup. Kemudian, tempat ini tak jarang pula digunakan sebagai arena kegiatan Pramuka.[]
Makan Bersejarah |
Sekelompok siswi mengikuti kegiatan Pramuka |
Ternyata sudah ada tulisan makam bersejarah, dulu tak ada yg tahu pasti kuburan ini. Semoga ada keterangan lebih lanjut dari nisan-nisan ini, siapakah orang itu yang dulu telah pergi.
BalasHapusamin.. semoga pemerintah kota lebih memperhatikan sejarah...
HapusWah, keren ya, belum pernah ke sini, segera diagendakan ke sini, terimakasih infonya ya Hid :)
BalasHapushehe... ia sama-sama.. jgn lupa ajak kami juga ya.. biar sama-sama meramaikan hutan kota..:D
Hapusgaya menulisnya seperti bercerita, cukup menarik untuk dibaca. salam kenal yaa :-)
BalasHapusterima kasih bang... baru belajar juga ne.. hehe...
Hapussalam kenal kembali...:)
kalo pulang, jangan lupa singgah prada. na lon tuan rakan ...
BalasHapusbaca ini juga rakan :
http://musikanegri.blogspot.com/2014/04/bersepeda-di-banda-aceh-antara-senang.html
ditunggu komentarnya
yaya... bereh nyan rakan..:D
Hapusyang bek tuwo kupi phet.. hehe
saya baru sekali ke hutan kota, kampungan banget kan? padahal usia hutan kota dengan usia saya berdomisili di banda aceh 15:16. kasihan saya
BalasHapushaha... itu biasa bang, yang penting hepi..:D
Hapusmembaca tulisan ini, saya serasa sedang dipandu jalan-jalan di Hutan kota oleh penulisnya :) tulsian yang bagus!
BalasHapusterima kasih rakan rizarahmi..:)
Hapusmasih tahap belajar... hehe
makasih bang, juga atas share'a..
BalasHapussaya dapat banyak dapat info seputar Aceh di blog abg..:)
selamat, dayat jd pemenang hiburan. bgus.
BalasHapuseh, kk Riza Rahmi itu juara 1 nya.
Sangat menarik dan lengkap penjelasannya...
BalasHapusBang, makasih ya atas infonya, akhirnya minggu kemarin kesampaian kemari :)
BalasHapusmakasih juga y sudah berkunjung kemari dan terimakasih juga sudah ke hutan kota.. hehe
Hapusmaaf telat balasnya..:D
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus