Selasa, 29 Juli 2014

Masjid Nurul Huda, Saksi Sejarah Aceh Barat

Jika berkunjung ke kota Meulaboh, Aceh Barat, terasa belum lengkap sebelum mengunjungi masjid Agung tertua di kota tersebut. Masjid Nurul Huda Meulaboh atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Tuha ini terletak di jalan Teuku Umar, tepat di putaran taman arah ke Pantai Ujong Kareung.

Masjid bersejarah ini memiliki dua kubah utama yang letak berderetan, dan dua kubah kecil di sisi kiri dan kanan kubah utama. Selain itu, masjid dengan atap merah kecoklatan ini memiliki menara yang terletak di sebelah kiblat masjid.


Ketika tsunami melanda Aceh pada 2004, masjid ini menjadi salah satu saksi bisu kedahsyatan bencana tersebut. Banyak masyarakat kota Meulaboh yang mengandalkan masjid ini seebagi tempat penyelamatan. Pada pukul 08.30 WIB, tinggi genangan air dalam masjid mencapai 2/3 jendela besi dan saat gelombang kedua pada pukul 09.30 WIB, tinggi genangan air 30 cm hampir mencapat flapon. Ketika bencana tersebut, masjid Nurul Huda mengalami kerusakan, dinding sebelah utara masjid miring.

Batas gelombang pertama dan kedua
 Setelah tsunami, Yayasan Masjid Nurul Huda melakukan penandatangan MoU dengan Islamic Relief, salah satu LSM dari Inggris untuk rehabilitasi masjid dan kompleksnya dengan anggaran biaya mencapai Rp 1,4 milyar.

Sejarah Masjid Nurul Huda

Sebelum dibangun masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh yang terletak di desa Seuneubok, masjid Nurul Huda ini pernah dijadikan sebagai masjid Kabupaten Aceh Barat. Kemudian setelah masjid Agung Baitul Makmur resmi menjadi masjid kabupaten pada 2001, masjid Nurul Huda berubah status menjadi masjid Kecamatan Johan Pahlawan.

Menurut catatan T Ahmad Dadek, masjid ini diperkirakan didirikan pada abad ke-18 masehi, seiring dengan pertumbuhan kota Meulaboh dalam membangun administrasi, ekonomi, dan keagamaannya.

Masjid ini pertama kali dibangun dengan kontruksi kayu oleh Ulee Balang Kaway XVI, masyarakat, dan para pedagang di seputaran Kampung Masjid (sekarang menjadi bagian Kampung Belakang), tempat Teuku Umar dilahirkan.


Masjid yang berkontruksi kayu ini dibangun pada masa Ulee Balang Meulaboh Teuku Tjik Ali. Ia menyediakan pertapakan tanah dan mulai membangun masjid bersama masyarakat sebagai pusat kehulubalangan Ujong Kalak. Ketika itu, Pasar Gambe menjadi pusat perdagangan masyarakat Meulaboh.


Pada tahun 1900, masjid Nurul Huda dibangun menjadi semi permanen. Tameh atau tiang kayunya disumbang untuk pembangunan masjid UJong Kalak. Menurut sejarah, masjid semi permanen ini ada terali di terasnya dengan tempat wudu berbentuk kolam.

Masjid Nurul Huda tahun 1926
Pada tahun 1938, masjid Nurul Huda diperluas oleh Teuku Tjik Ali Akbar (mertua Teuku Umar). Perluasan tersebut dikerjakan oleh tukang Saleh, seorang tukang batu dari Ujong Kalak. Kemudian setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Belanda dan Jepang, masjid ini dibangun permanen. Ketika itu, peran Bupati Sahim dan Daud Dariyah sangat besar dalam pembangunan masjid bersejarah ini. 

Sekarang, masjid Nurul Huda merupakan sebuah objek wisata religi sekaligus wisata sejarah yang patut kita lindungi dan kita jaga kelestariannya. Selain sebagai tempat ibadah umat Islam, masjid tersebut menjadi bukti sejarah perjuangan rakyat Aceh melawan penjajah dan juga menjadi saksi bisu peristiwa Tsunami Aceh 2004 yang menelan korban ribuan jiwa.

Masjid Nurul Huda nampak depan
Nampak samping Utara
Tiang-tiang penyangga masjid



12 komentar:

  1. Temukan berbagai macam informasi wisata yang ada di Indonesia beserta makna/arti/cerita tentang wisata tersebut yang ada di indonesia
    Dan juga artikel-artikel tentang wisata di wisataIndonesiaraya.com dan like page facebook wisataIndonesiaraya.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih kang atas infonya...:) makasih juga sudah berkunjung..

      Hapus
  2. Mantap infonya kunjungi blog saya ya bloggeraceh.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya sama-sama rakan...
      makasih banyak sudah mau berkunjung kemari,,:)

      Hapus
  3. Terima kasih informasi mengenai Mesjid Nurul Huda, mengingatkan kembali kenangan masa lalu ketika sholat dengan kakek di Kampung Belakang, Insya Allah ketika pensiun nanti dapat berkunjung ke rumah kakek di Kampung Belakang, amiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin....
      terima kasih kembali bang.. semoga niat berkunjung untuk memperkuat silaturrahminya tercapai...

      Hapus
  4. Terima kasih atas ulasannya..masjid kebanggan masyarakat kota Meulaboh dan bangga pernah menjadi bagian darinya ketika masih aktif dalam kegiatan remaja masjid Nurul Huda 20 tahun yg lalu..sebuah kenangan hidup dan persahabatan yang tak terlupakan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kembali bang.. semoga kenangan yang indah tak pernah terlupakan... Semoga juga Nurul Huda makin makmur..:)

      Hapus
  5. Jadi rindu.. Tempat sy sekolah dlu, di mtss nurul huda, udh puluhan thun ga ke stu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti kalau ada waktu pulang kesana bg. Sekarang Masjid Nurul Huda tampil dengan kubah baru...:D

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus